Harga gula berjangka di bursa komoditas ICE Futures New York Kamis dinihari (12/01) berakhir naik terpicu penurunan produksi India.
Pabrik gula di India menghasilkan 10,5 juta ton gula antara 1 Oktober hingga 15 Januari, sekitar 5,3 persen lebih rendah dari tahun sebelumnya karena pabrik penghasil gula kunci negara ditutup lebih awal karena kekurangan tebu, demikian badan produksi negara menyatakan Rabu (19/01).
Penurunan produksi bisa mengangkat harga lokal dan meminta konsumen terbesar kedua di dunia untuk memungkinkan bebas bea impor pemanis, mendukung harga global yang diperdagangkan mendekati level tertinggi dalam 1,5 bulan.
Di negara bagian barat top penghasil gula dari Maharashtra, 56 pabrik telah ditutup karena kekurangan tebu, sedangkan di bagian selatan negara bagian Karnataka 21 pabrik telah berhenti proses crushing, Indian Sugar Mills Association mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Pada penutupan perdagangan dini hari tadi harga gula berjangka untuk kontrak paling aktif yaitu kontrak Maret 2017 terpantau mengalami kenaikan. Harga gula berjangka paling aktif tersebut ditutup naik sebesar 0,25 sen atau setara dengan 1,21 persen pada posisi 20,98 sen per pon.
Malam nanti akan dirilis data perumahan AS Building Permits dan Housing Starts Desember yang diindikasikan meningkat. Jika terealisir berpotensi menguatkan dollar AS.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bahwa pergerakan harga gula kasar berjangka di New York pada perdagangan selanjutnya berpotensi melemah dengan penguatan dollar AS. Harga gula kasar berjangka di ICE Futures New York berpotensi mengetes level Support pada posisi 20,50 sen dan 20,00 sen. Sedangkan level Resistance yang akan diuji jika terjadi kenaikan harga ada pada posisi 21,50 sen dan 22,00 sen per pon.
Freddy/VMN/VBN/Analyst-Vibiz Research Center Editor: Asido Situmorang