Harga CPO di bursa komoditas Malaysia pada perdagangan Selasa sore (25/04) berakhir lemah. Penurunan harga CPO terpicu menguatnya nilai tukar Ringgit terhadap dollar AS.
Mata uang Ringgit sore ini menguat. Terpantau kurs pasangan dollar AS-Ringgit, melemah 0,63 persen pada 4.3715.
Penguatan Ringgit menjadikan harga komoditas yang diperdagangkan dalam mata uang tersebut menjadi relatif lebih mahal bagi pembeli luar negeri sehingga permintaannya menurun.
Harga CPO kontrak paling aktif di bursa komoditas Malaysia hari ini tampak mengalami pelemahan. Harga kontrak Juli 2017 yang merupakan kontrak paling aktif merosot sebesar -44 ringgit atau -1,74 persen dan diperdagangkan pada posisi 2.486 ringgit per ton.
Sentimen bearish juga datang dengan perkiraan peningkatan produksi CPO Indonesia.
Produksi minyak sawit mentah Indonesia (CPO) kemungkinan meningkat pada bulan Maret setelah jatuh selama tiga bulan sebelumnya, karena produksi yang membaik pada cuaca lebih baik, sebuah survei Reuters menunjukkan.
Produksi CPO di Indonesia, produsen minyak goreng terbesar di dunia, kemungkinan meningkat menjadi 3,08 juta ton pada bulan Maret dari 2,80 juta ton pada bulan Februari, menurut perkiraan median dalam sebuah survei terhadap dua asosiasi industri dan firma penelitian negara bagian.
Lihat : Produksi CPO Indonesia Diperkirakan Rebound Bulan Maret
Malam nanti akan dirilis data New Home Sales Maret dan CB Consumer Confidence April yang diindikasikan melemah. Jika terealisir akan menekan dollar AS.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bahwa pergerakan harga CPO berjangka pada perdagangan selanjutnya berpotensi turun jika penguatan Ringgit berlanjut. Juga akan mencermati pergerakan harga minyak mentah dapat mempengaruhi kenaikan harga CPO hari ini.
Harga CPO berjangka kontrak Juli 2017 di bursa komoditas Malaysia berpotensi menguji level Support pada posisi 2.440 ringgit dan 2.390 ringgit. Sedangkan level Resistance yang akan diuji jika terjadi kenaikan ada pada posisi 2.540 ringgit dan 2.590 ringgit.
Freddy/VMN/VBN/Analyst-Vibiz Research Center Editor: Asido Situmorang