Harga gula berjangka ICE ditutup naik pada akhir perdagangan bursa ICE Futures New York Selasa dinihari (16/05). Harga komoditas ini mengalami penguatan terdukung lonjakan harga minyak mentah.
Harga minyak mentah melonjak sekitar 2 persen pada akhir perdagangan Selasa dinihari (16/05), setelah Arab Saudi dan Rusia sepakat untuk pemotongan pasokan dapat diperpanjang hingga Maret 2018.
Harga minyak mentah berjangka A.S. berakhir naik $ 1,01, atau 2,1 persen, lebih tinggi pada $ 48,85 per barel, dari puncak sesi $ 49,66. Harga minyak mentah berjangka brent, patokan global, naik 95 sen atau 1,9 persen menjadi $ 51,79 per barel pada pukul 2:39 pagi (1639 GMT), setelah sebelumnya naik ke level tertinggi tiga minggu di $ 52,63.
Lihat : Harga Minyak Mentah Melonjak 2 Persen Pasca Kesepakatan Arab Saudi-Rusia
Para pedagang mengantisipasi bahwa harga minyak yang lebih tinggi akan mendorong produsen tebu lebih memilih mengkonversi tebu menjadi etanol dibandingkan gula, sehingga produksi gula menurun dan semakin meningkatkan harga gula.
Pada penutupan perdagangan dini hari tadi harga gula berjangka untuk kontrak paling aktif yaitu kontrak Juli 2017 terpantau menguat. Harga gula berjangka paling aktif tersebut ditutup melompat sebesar 0,28 sen atau setara dengan 1,79 persen pada posisi 15,89 sen per pon.
Malam nanti akan dirilis data Building Permit dan Housing Starts April yang diindikasikan meningkat. Juga data produksi industri April yang diindikasikan mixed. Jika data ekonomi terealisir positif akan menguatkan dollar AS.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bahwa harga gula berjangka untuk perdagangan selanjutnya berpotensi lemah jika penguatan dollar AS terealisir. Harga gula kasar berjangka di ICE Futures New York berpotensi menguji level Support pada 15,40 sen dan 14,90 sen. Sedangkan level Resistance yang akan diuji jika terjadi kenaikan harga ada pada posisi 16,40 sen dan 16,90 sen.
Freddy/VMN/VBN/Analyst-Vibiz Research Center Editor: Asido Situmorang