Minggu lalu bursa pasar modal di Indonesia terpantau terkoreksi tipis oleh aksi profit taking investor asing setelah IHSG sempat menyentuh titik rekor baru, sehingga secara mingguan bursa ditutup sedikit terkoreksi ke level 5,814.79. Untuk minggu berikutnya (10-14 Juli) IHSG nampaknya agak berkonsolidasi dengan bias menguat sambil memerhatikan indikasi sentimen bursa kawasan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance level di posisi 5910 dan 5970, sedangkan support di level 5720 dan kemudian 5668.
Mata uang rupiah seminggu lalu terlihat melemah dengan penguatan mata uang dollar secara global, di mana secara mingguan rupiah melemah ke level 13,405. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan berada dalam range antara resistance di level 13,438 dan 13,485, sementara support di level 13,301 dan 13,270.
Untuk indikator ekonomi global, pada pekan mendatang ini akan diwarnai sejumlah data ekonomi penting. Secara umum sejumlah agenda rilis data ekonomi global yang kiranya perlu diperhatikan investor minggu ini, adalah:
- Dari kawasan Amerika: berupa rilis data Crude Oil Inventories pada Rabu malam; berikutnya rilis Core CPI m/m dan Core Retail Sales m/m pada Kamis malam.
- Dari kawasan Eropa dan Inggris: berupa rilis data Average Earnings Index 3m/y Inggris pada Rabu sore.
- Dari kawasan Asia Australia: berupa rilis data CPI y/y China pada Senin pagi.
Pasar Forex
Minggu lalu di pasar forex, mata uang dollar agak menguat dari level 14 bulan terendahnya oleh data tenaga kerja yang melampaui ekspektasi sehingga menguatkan perkiraan pasar akan kenaikan suku bunga the Fed berikutnya, di mana secara mingguan index dollar AS menguat ke level 96.02. Sementara itu, pekan lalu euro dollar terpantau stabil sekitar level 1.1403. Untuk minggu ini, nampaknya euro akan berada antara level resistance pada 1.1444 dan kemudian 1.6170, sementara support pada 1.1117 dan 1.0838.
Poundsterling minggu lalu terlihat melemah ke level 1.2887 terhadap dollar. Untuk minggu ini pasar berkisar antara level resistance pada 1.3046 dan kemudian 1.3121, sedangkan support pada 1.2634 dan 1.2500. Untuk USDJPY minggu lalu berakhir menguat level 113.87. Pasar di minggu ini akan berada di antara resistance level pada 113.12 dan 114.36, serta support pada 109.10 serta level 108.12. Sementara itu, Aussie dollar terpantau stabil sekitar level 0.7604. Range minggu ini akan berada di antara resistance level di 0.7748 dan 0.7778, sementara support level di 0.7518 dan 0.7372.
Pasar Saham Global
Untuk pasar saham kawasan, pada minggu lalu di regional Asia secara umum melemah oleh ketegangan geopolitik kawasan Korea sekitarnya. Indeks Nikkei secara mingguan terpantau melemah ke level 19929. Rentang pasar saat ini antara level resistance di level 20245 dan 20680, sementara support pada level 19285 dan lalu 18840. Sementara itu, Indeks Hang Seng di Hong Kong minggu lalu berakhir melemah tipis ke level 25340. Minggu ini akan berada antara level resistance di 26260 dan 27470, sementara support di 25025 dan 23723.
Bursa saham Wall Street minggu lalu terpantau dalam bias menguat oleh kenaikan data tenaga kerja yang melampaui ekspektasi pengamat pasar. Dow Jones Industrial secara mingguan menguat ke level 21309.63, dengan rentang pasar berikutnya antara resistance level pada 21532 dan 21600, sementara support di level 20893 dan 20754. Index S&P 500 minggu lalu melemah tipis ke level 2389.76, dengan berikutnya range pasar antara resistance di level 2453 dan 2525, sementara support pada level 2372 dan 2347.
Pasar Emas
Untuk pasar emas, minggu lalu terpantau kembali terkoreksi oleh kuatnya rilis data tenaga kerja dan kenaikan dollar, sehingga berakhir dalam harga emas dunia yang melemah terbatas ke level $1212.15 per troy ounce. Untuk sepekan ke depan emas akan berada dengan rentang harga pasar antara resistance di $1295 dan berikut $1337, serta support pada $1195 dan $1180. Di Indonesia, harga emas terpantau melemah ke level Rp521,722.
Banyak pelaku pasar pada minggu-minggu ini agak ragu karena kondisi pasar yang sepertinya sedang tidak jelas. Fluktuatif, variatif, terkesan tanpa tren yang jelas. Ada sebagian investor pun bereaksi secara sepertinya over-reactive. Apapun itu, tidak mudah bereaksi bahkan secara logis pun pada saat pasar sedang gonjang-ganjing. Ini, antara lain, menunjukkan kuatnya fenomena psikologis dalam pasar, baik dalam individu per investor maupun di level pasar secara universal yang bisa disebut sebagai psikologi pasar. Bagaimana pun, tidak mudah untuk mengikuti, memahami, apalagi memanfaatkan gejolak pasar yang naik turun. Jangan kuatir, Vibiznews.com adalah ahlinya untuk membantu menganalisis pasar bagi Anda dan memetik keuntungan dari dinamikanya. Mungkin Anda telah membuktikannya juga sebelum ini. Terima kasih telah bersama kami, ketahuilah kami ada demi sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!
By Alfred Pakasi ,
CEO Vibiz Consulting
Vibiz Consulting Group