Saham Asia naik untuk hari kesembilan berturut-turut, didorong oleh harga tertinggi sepanjang masa di bursa saham A.S. dan juga karena Bank of Japan mempertahankan kebijakan moneternya. Dolar Australia melonjak mendekati 80 sen per dolar AS setelah sebuah laporan pekerjaan.
Bursa saham dari Tokyo sampai ke Sydney naik, dimana MSCI All-Country World INDEX TRADING capai rekor tertinggi. Setelah Bank of Japan mempertahankan posisi moneternya dan mendorong perkiraan untuk mencapai target inflasi, perhatian investor sekarang beralih ke pertemuan Bank Sentral Eropa yang akan berlangsung pada hari Kamis ini untuk mendapatkan petunjuk mengenai jalur kebijakan.
Sementara ECB juga diperkirakan akan menahan kebijakan, Mario Draghi akan mengakui bahwa waktunya sudah tiba untuk menyesuaikan program pembelian obligasi seiring pemulihan ekonomi yang meluas.
Sementara itu, imbal hasil obligasi A.S. jatuh minggu ini dan dolar melemah karena dipotong oleh menipisnya harapan investor akan kemajuan agenda Presiden Donald Trump yang mungkin memberi dorongan ekonomi. Di tengah ketidakpastian fiskal, pasar telah mengurangi ekspektasi kenaikan suku bunga A.S. untuk Federal Reserve menjadi kurang dari 50 persen pada akhir tahun meskipun ada penegasan dari pembuat kebijakan bahwa kenaikan suku bunga tampaknya belum sesuai.
Saham
Indeks Topix Jepang naik 0,7 persen dan indeks S & P / ASX 200 Australia naik 0,6 persen.
Indeks Hong Kong Hang Seng bertambah 0,3 persen, sedangkan Shanghai Composite Index sedikit berubah.
S & P 500 futures sedikit berubah setelah indeks tersebut naik 0,5 persen ke rekor 2.473,83 pada hari Rabu.
Mata Uang dan Obligasi
Aussie diperdagangkan di 79,37 sen A.S. Ini melonjak setelah laporan pekerjaan bulanan yang bervariasi secara statistik untuk bulan Juni menunjukkan lonjakan yang positip dalam pekerjaan penuh waktu. Mata uang ini adalah mata uang G-10 yang berkinerja terbaik tahun ini, setelah naik lebih dari 10 persen.
Yen diperdagangkan di 112,08 per dolar.
Selasti Panjaitan/ VMN/VBN/ Senior Analyst Stocks-Vibiz Research Center Editor: Asido Situmorang