Saham baja diperdagangkan pada level tertinggi sejak 2011 dipicu kondisi terakhir yang terjadi didalam negeri penghasil terbesar dunia yaitu Tiongkok.
Tiongkok telah menutup beberapa pabrik untuk mengurangi kekenyangan yang telah menyebar ke seluruh dunia. Tindakan ini menyebabkan penurunan tajam dalam ekspor, membantu harga baja memperpanjang pemulihan dan mendorong indeks saham baja global Bloomberg naik 45 persen dalam satu tahun terakhir, naik tiga kali lipat di indeks Bloomberg World Mining.
Negara ini China telah disalahkan oleh politisi termasuk Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan produsen papan atas dalam beberapa tahun terakhir karena menyebabkan memburuknya harga yang memaksa pabrik-pabrik Eropa dan Amerika keluar dari bisnis. Kondisi tersebut mendorong negara-negara mulai dari A.S. sampai ke Ukraina untuk menciptakan lebih dari 100 pembatasan perdagangan impor dari Tiongkok untuk melindungi industri mereka sendiri dari baja harga murah.
Pada saat yang sama, lebih banyak belanja infrastruktur Tiongkok telah mendorong permintaan lokal, sama seperti pemerintah menutup jutaan ton kelebihan kapasitas. Faktor tersebut membantu nilai ekspor Negara ini turun 28 persen di semester pertama tahun ini.
Indeks Bloomberg dari 41 produsen baja global pekan lalu mencapai tertinggi sejak Agustus 2011.
Kurangnya pasokan dari Tiongkok telah membantu harga di Eropa dan Amerika Serikat, melonjak sekitar 75 persen dalam 18 bulan terakhir. Rebound juga didorong oleh permintaan yang lentur, dan produsen utama ArcelorMittal memperkirakan konsumsi A.S. tumbuh sebanyak 4 persen tahun ini. Asosiasi industri Eropa Eurofer bulan ini menaikkan perkiraan pertumbuhan permintaan di kawasan ini menjadi 1,9 persen.
Harapan baru juga datang dari U.S. Commerce Department’s Section 232 yang mengatur impor baja dari Tiongkok. Meskipun hanya sedikit impor Amerika yang datang langsung dari negara tersebut, AS mungkin masih terus membeli baja buatan Tiongkok yang telah mengalir melalui tempat lain, seperti Asia Tenggara.
Selasti Panjaitan/ VMN/VBN/ Senior Analyst Stocks-Vibiz Research Center Editor: Asido Situmorang