Harga minyak mentah ditutup melemah pada akhir perdagangan Kamis dinihari (17/08) meski data persediaan bullish.
Pasokan minyak mentah A.S. turun untuk minggu ketujuh berturut-turut minggu lalu, sementara persediaan bensin dan sulingan naik, Administrasi Informasi Energi mengatakan pada hari Rabu.
Persediaan minyak mentah turun 8,95 juta barel pada pekan lalu, hampir tiga kali ekspektasi analis turun 3,1 juta barel.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate futures untuk pengiriman September turun 77 sen atau 1,62 persen menjadi $ 46,78 per barel.
Kilang minyak mentah turun sebesar 9.000 barel per hari, data EIA menunjukkan. Tingkat utilisasi kilang tergelincir sebesar 0,2 poin persentase.
Pasokan bensin tidak berubah, dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penurunan 1,1 juta barel.
Pasokan distilasi, yang meliputi minyak diesel dan pemanas, meningkat 702.000 barel, dibandingkan dengan harapan untuk setetes 572.000 barel, data EIA menunjukkan.
Impor minyak mentah A.S. naik pekan lalu sebesar 194.000 barel per hari.
Secara lebih luas, analis mengatakan bahwa persediaan yang cukup banyak mencegah harga bergerak lebih tinggi.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) bersama-sama dengan produsen non-OPEC termasuk Rusia telah berjanji untuk membatasi produksi sebesar 1,8 juta barel per hari antara Januari tahun ini dan Maret 2018.
Namun, mengimbangi sebagian besar usaha tersebut, produksi minyak A.S. telah melonjak hampir 12 persen sejak pertengahan 2016 sampai 9,42 juta barel per hari.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga minyak mentah berpotensi naik dengan penurunan persediaan minyak mentah AS. Harga minyak mentah diperkirakan bergerak dalam kisaran Resistance $ 47,30-$ 47,80, dan jika harga bergerak turun akan menembus kisaran Support $ 46,30-$ 45,80.
Freddy/VMN/VBN/Analyst Vibiz Research Center Editor : Asido Situmorang