(Vibiznews – Business) – Kelompok orang super kaya di dunia cenderung mengalokasikan uang mereka pada tahun 2017 ini ke ekuitas (investasi saham) dan mengurangi porsi ke hedge fund dan properti, demikian temuan survei yang dilakukan oleh UBS Wealth Management dan Campden Research baru-baru ini.
Porsi ekuitas tercatat menguasai 27.1 persen dari rata-rata portfolio keluarga kaya raya, demikian rilis survey dari UBS Wealth Management dan Campden Research yang dilansir baru saja oleh CNBC (20/9). Alokasi investasi saham ini meningkat sekitar 1.6 persen dari posisi tahun lalu sesuai survey kepada para responden tetap selama beberapa tahun ini.
Kelompok aset investasi alternatif, sementara itu, dilaporkan menurun sekitar 3.7 persen. Ini termasuk dengan transaksi pembelian real estate secara langsung.
Survei dilakukan antara Februari sampai Mei 2017, termasuk di dalamnya berupa 262 survei online dengan para keluarga kaya raya di dunia, dengan rata-rata kekayaan yang dikelola per keluarga senilai $921 juta (sekitar Rp12.3 triliun).
Survei tersebut juga menemukan bahwa para keluarga super kaya berencana untuk masih menanamkan dana investasi mereka ke ekuitas, dengan seperlima dari mereka memilih menambah porsi di bursa saham global negara maju, sementara hampir 44 persennya berencana menambah investasi di bursa negara-negara sedang berkembang.
Salah satu temuan dalam survei juga adalah para orang kaya ini tetap menyukai investasi pola private equity, di mana rata-rata portfolionya ditaruh di venture capital dan co-investments, atau berkolaborasi dengan partner saham lainnya untuk investasi langsung ke sejumlah perusahaan.
Ada juga kekuatiran yang muncul dan terungkap dalam laporan tersebut. Sekalipun private equity mulai marak kembali, namun agaknya return yang diperoleh semakin berkurang. Dana yang beredar banyak tetapi kesepakatan investasi yang dapat dibangun semakin sedikit, demikian laporan survei menunjukkan.
Disebutkan juga sekitar 30 persen responden bersiap untuk semakin mengurangi alokasi modal di hedge-fund dari posisi sebelumnya.
Selain itu dilaporkan bahwa para keluarga kaya raya mengurangi dana yang ditanam di real estate atau properti. Secara rata-rata alokasi ke properti turun ke 15.8 persen dari posisi 16.5 persen di tahun 2016.
“Kemungkinan hal ini bisa disebabkan oleh membaiknya kinerja investasi pada kelompok aset yang lain, namun bisa juga ini mengindikasikan pasar real estate yang sudah di level puncaknya pada beberapa negara maju, seperti di Amerika Utara dan sebagian Eropa,” laporan menyebutkannya.
Namun bukan berarti sudah ditinggalkan investasi di sektor properti ini. Tidak kurang dari 40 persen menyebutkan bahwa rencananya para orang kaya ini akan meningkatkan kembali porsi properti dalam portfolio investasi mereka.
Investasi Properti Premium di Indonesia Melemah
Temuan survei dari UBS Wealth Management dan Campden Research ini mengambil platform di kalangan ultra wealthy global. Bagaimana dengan di Indonesia?
Hasil temuan ini mungkin cukup sejalan dengan situasi di Indonesia belakangan ini, khususnya terkait dengan investasi di sektor properti premium atau mewah yang tahun-tahun belakangan ini terindikasikan cenderung lesu. Terutama sejak tahun 2014, saat Indonesia diwarnai dengan tahun politik, yang membuat para investor properti ambil sikap “wait and see”.
Sejak itu sampai hari-hari belakangan ini, penjualan apartemen menengah atas terlihat banyak yang kurang laku. Ada apartemen mewah di Jakarta, misalnya, yang dipasarkan dengan kisaran harga Rp 3 miliar-Rp 6 miliar, baru terserap pasar 43 persen walaupun telah dipasarkan sejak dua tahun lalu. Ini berbeda dengan properti kelas menengah dan yang di bawahnya, yang jauh lebih ramai peminatnya dan karenanya cenderung cepat laku.
Pengalaman penulis sendiri ketika terlibat dalam transaksi jual beli unit apartemen yang bernilai di atas Rp 5 miliar, ternyata aset tersebut tidak bisa likuid dengan cepat. Memerlukan proses waktu yang cukup panjang sampai terjadi transaksi, menggambarkan pasar yang terbatas dan investor yang berhati-hati untuk properti premium khususnya.
Namun demikian, sebagaimana orang kaya dunia yang tetap berminat untuk investasi di properti, para orang kaya di Indonesia diyakini tetap banyak yang berinvestasi di sektor aset real ini. Kemungkinan sasaran investasinya bergeser ke aset kelas menengah yang memungkinkan return yang lebih tinggi dan lebih cepat, dengan jumlah unit investasi yang lebih banyak. Sampai nanti iklim investasi lebih kondusif, bisa jadi aset properti premium diburu kembali.
Investor cerdas tentunya lebih pandai dalam melakukan rebalancing terhadap portfolio investasi.
Sumber: CNBC dan sumber lainnya
Editor: Alfred Pakasi