(Vibiznews – Commodity) – Minyak beringsut lebih tinggi pada hari Jumat karena ketegangan di sekitar Kurdistan Irak mengancam pasokan mentah wilayah tersebut, membantu harga Brent memasuki kinerja kuartal ketiga terkuat mereka sejak 2004.
Global patokan Brent crude LCOc1 naik 1 sen ke harga $ 57,42 per barel pada 11:22 GMT, mencatat kenaikan kuartal ketiga sekitar 20 persen.
Kontrak tersebut telah mencapai level tertinggi dalam lebih dari dua tahun di awal minggu, menghasilkan kenaikan mingguan kelima berturut-turut. Performa ini merupakan kenaikan mingguan terpanjang Brent sejak Juni 2016.
CLT1 mentah A.S. diperdagangkan datar di harga $ 51,56 per barel, berada di jalur yang kuat untuk kuartal ketiga terkuat dalam 10 tahun dan kenaikan terpanjang mingguan sejak Januari.
Kurdi Irak mendukung pemekaran oleh sembilan banding satu dalam sebuah referendum pada hari Senin yang membuat marah Turki. Pemerintah pusat di Baghdad, dan kekuatan lainnya, yang khawatir pemungutan suara tersebut dapat menyebabkan konflik baru di wilayah kaya minyak tersebut.
Presiden Turki Tayyip Erdogan menyerukan pemungutan suara tersebut dinilai tidak sah dan mengancam akan membatalkan praktik masa lalu dan hanya berurusan dengan pemerintah Baghdad mengenai ekspor minyak dari Irak.
Sebagian besar minyak yang mengalir melalui pipa dari Irak ke Turki berasal dari sumber minyak yag ada di wilayah Kurdi dan sebuah cut-off akan sangat merusak Pemerintah Daerah Kurdi, yang mengandalkan penjualan minyak mentah untuk hampir semua pendapatan daerahnya. Sejauh ini, minyak yang mengalir melalui pipa sudah berjalan normal.
Kenaikan harga minyak bulan ini juga telah didukung adanya antisipasi permintaan baru dari penyuling A.S. yang memulai operasi setelah penghentian karena Badai Harvey.
Namun, produsen minyak Timur Tengah khawatir kenaikan harga baru-baru ini akan mendorong lebih banyak produksi serpih (shale) di A.S. dan mendorong harga turun lagi.
Selasti Panjaitan/VMN/VBN/Senior Analyst Stocks-Vibiz Research Center Editor : Asido Situmorang