(Vibiznews – Editor’s Note) – Minggu lalu bursa pasar modal di Indonesia bergerak fluktuatif dengan mencetak rekor penutupan berturut-turut di awal minggu kemudian diganjar profit taking dalam tiga hari terakhirnya, sehingga secara mingguan bursa ditutup terkoreksi lebih lemah ke level 6,021.83. Untuk minggu berikutnya (13-17 November) pasar masih diawasi ketat oleh keinginan ambil untung investor terutama asing, tetapi penguatan bursa terlihat masih tersedia ruangannya bahkan mungkin membuat IHSG mencetak rekor barunya lagi. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance level di posisi 6071 dan 6082, sedangkan support di level 5989 dan kemudian 5969.
Mata uang rupiah seminggu lalu terlihat dalam rentang pergerakan pasar yang lebih terbatas dibandingkan minggu sebelumnya bersamaan dengan terbatasnya pergerakan dollar AS, di mana secara mingguan rupiah melemah ke level 13,528. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan berada dalam range antara resistance di level 13,585 dan 13,640, sementara support di level 13,465 dan 13,450.
Untuk indikator ekonomi global, pada pekan mendatang ini akan diwarnai sejumlah data ekonomi penting. Secara umum sejumlah agenda rilis data ekonomi global yang kiranya perlu diperhatikan investor minggu ini, adalah:
- Dari kawasan Amerika: berupa rilis pidato Fed Chair Yellen dan data PPI m/m pada Selasa malam; disambung dengan rilis Core CPI m/m, Core Retail Sales m/m, dan Crude Oil Inventories pada Rabu malam; berikutnya data tenaga kerja Unemployment Claims pada Kamis malam; ditutup dengan rilis Building Permits pada Jumat malam.
- Dari kawasan Eropa dan Inggris: berupa rilis pidato Presiden ECB Draghi dan data CPI y/y Inggris pada Selasa sore; selanjutnya rilis Average Earnings Index 3m/y Inggris pada Rabu sore; diakhiri dengan pidato Presiden ECB Draghi pada Jumat sore.
- Dari kawasan Asia Australia: berupa rilis data Industrial Production y/y China pada Selasa pagi; kemudian pengumuman BI 7 Day Repo Rate pada Kamis sore yang diperkirakan bertahan di level 4.25%.
Minggu lalu di pasar forex, mata uang dollar terpantau bergerak cenderung melemah dengan adanya indikasi penundaan implementasi pemangkasan pajak perusahaan dalam program reformasi pajak AS, di mana secara mingguan index dollar AS melemah terbatas ke level 94.38. Sementara itu, pekan lalu euro dollar terpantau menguat ke 1.1664. Untuk minggu ini, nampaknya euro akan berada antara level resistance pada 1.1836 dan kemudian 1.1857, sementara support pada 1.1478 dan 1.1370.
Poundsterling minggu lalu terlihat menguat ke level 1.3213 terhadap dollar. Untuk minggu ini pasar berkisar antara level resistance pada 1.3298 dan kemudian 1.3320, sedangkan support pada 1.3038 dan 1.3026. Untuk USDJPY minggu lalu berakhir melemah ke level 113.26. Pasar di minggu ini akan berada di antara resistance level pada 114.33 dan 114.72, serta support pada 112.95 serta level 111.64. Sementara itu, Aussie dollar terpantau menguat tipis ke level 0.7668. Range minggu ini akan berada di antara resistance level di 0.7985 dan 0.8124, sementara support level di 0. 7571 dan 0.7534.
Untuk pasar saham kawasan, pada minggu lalu di regional Asia secara umum menguat terdorong oleh kenaikan dalam rekor bursa Wall Street yang kemudian tergerus aksi ambil untung setelah puncak musim laporan pendapatan emiten berakhir. Indeks Nikkei secara mingguan terpantau menguat ke level 22700. Rentang pasar saat ini antara level resistance di level 23380 dan 23500, sementara support pada level 21845 dan lalu 21615. Sementara itu, Indeks Hang Seng di Hong Kong minggu lalu berakhir menguat ke level 29106. Minggu ini akan berada antara level resistance di 29180 dan 29250, sementara support di 28660 dan 28090.
Bursa saham Wall Street minggu lalu terpantau melemah akhirnya setelah menguat terus tanpa henti selama delapan minggu berturut-turut sementara beberapa laporan earnings kurang memuaskan pasar. Dow Jones Industrial secara mingguan melemah ke level 23422, dengan rentang pasar berikutnya antara resistance level pada 23600 dan 23800, sementara support di level 23310 dan 23250. Index S&P 500 minggu lalu melemah terbatas ke level 2582.4, dengan berikutnya range pasar antara resistance di level 2588 dan 2620, sementara support pada level 2566 dan 2457.
Untuk pasar emas, minggu lalu terpantau menguat dengan US dollar yang dalam koreksi, sehingga berakhir dalam harga emas dunia yang menguat ke level $1275.33 per troy ounce. Untuk sepekan ke depan emas akan berada dengan rentang harga pasar antara resistance di $1290 dan berikut $1306, serta support pada $1263 dan $1251. Di Indonesia, harga emas terpantau menguat tipis ke level Rp554,779 per gram.
Di antara beragam ancaman risiko secara global dewasa ini, bisa terdapat pasar aset investasi yang bergerak rally, misalnya saham di Amerika dan Jepang belakangan ini. Itu sebabnya kalau ingin sukses di dunia investasi, jangan takut risiko. Risiko sudah jadi bagian inherent dari transaksi investasi, seperti dua sisi mata uang antara risk dan gain. Risiko tinggal dikelola. Kalau itu dirasa sulit, vibiznews.com adalah teman pendamping untuk keputusan investasi, baik dalam rangka risk mangement maupun dalam profit taking. Memang kami hadir untuk sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!
Analis: Alfred Pakasi
Editor: J. John