(Vibiznews – Editor’s Note) – Minggu lalu bursa pasar modal di Indonesia bergerak fluktuatif dengan melorot sampai di bawah level 6.000 lalu balik menguat mencetak rekor intraday baru, sebagian mengekori pergerakan bursa kawasan dan global, sehingga secara mingguan bursa ditutup menguat ke level 6,051.73, serta sempat cetak rekor intraday di 6,092.53. Untuk minggu berikutnya (20-24 November) pasar tetap diawasi ketat oleh keinginan ambil untung investor terutama asing, tetapi penguatan bursa terlihat masih tersedia ruangannya untuk membuat IHSG mencetak rekor barunya lagi. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance level di posisi 6092 dan 6120, sedangkan support di level 5984 dan kemudian 5972.
Mata uang rupiah seminggu lalu terlihat dalam rentang pergerakan pasar yang agak terbatas dalam dua minggu terakhir ini dengan bias yang menguat sejalan dengan pergerakan dollar AS yang cenderung melemah, di mana secara mingguan rupiah menguat terbatas ke level 13,523. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan berada dalam range antara resistance di level 13,557 dan 13,585, sementara support di level 13,493 dan 13,465.
Untuk indikator ekonomi global, pada pekan mendatang ini akan diwarnai sejumlah data ekonomi penting. Secara umum sejumlah agenda rilis data ekonomi global yang kiranya perlu diperhatikan investor minggu ini, adalah:
- Dari kawasan Amerika: berupa rilis pidato Fed Chair Yellen pada Rabu pagi; disambung dengan rilis Core Durable Goods Orders m/m, Crude Oil Inventories dan data tenaga kerja Unemployment Claims pada Rabu malam; berikutnya rilis FOMC Meeting Minutes pada Kamis dini hari, sedangkan pada Kamis malam pasar AS tutup karena memperingati Thanksgiving Day.
- Dari kawasan Eropa dan Inggris: berupa rilis data Inflation Report Hearings Inggris pada Selasa sore; selanjutnya rilis Second Estimate GDP q/q Inggris pada Kamis sore.
- Dari kawasan Asia Australia: berupa rilis data Monetary Policy Meeting Minutes Australia pada Selasa pagi.
Minggu lalu di pasar forex, mata uang dollar terpantau bergerak melemah bertahap oleh kehawatiran pasar akan progress program reformasi pajak AS, di mana secara mingguan index dollar AS melemah ke level 93.66. Sementara itu, pekan lalu euro dollar terpantau menguat ke 1.17898. Untuk minggu ini, nampaknya euro akan berada antara level resistance pada 1.1859 dan kemudian 1.1874, sementara support pada 1.1622 dan 1.1553.
Poundsterling minggu lalu terlihat stabil di level 1.3212 terhadap dollar. Untuk minggu ini pasar berkisar antara level resistance pada 1.3298 dan kemudian 1.3320, sedangkan support pada 1.3038 dan 1.3026. Untuk USDJPY minggu lalu berakhir melemah ke level 112.07. Pasar di minggu ini akan berada di antara resistance level pada 114.00 dan 114.72, serta support pada 111.64 serta level 111.46. Sementara itu, Aussie dollar terpantau melemah ke level 0.7565. Range minggu ini akan berada di antara resistance level di 0.7694 dan 0.7792, sementara support level di 0. 7534 dan 0.7520.
Untuk pasar saham kawasan, pada minggu lalu di regional Asia agak variatif oleh naik turunnya bursa Wall Street setelah musim laporan pendapatan emiten berakhir. Indeks Nikkei secara mingguan terpantau melemah ke level 22395. Rentang pasar saat ini antara level resistance di level 23380 dan 23500, sementara support pada level 21970 dan lalu 21845. Sementara itu, Indeks Hang Seng di Hong Kong minggu lalu berakhir menguat ke level 29166. Minggu ini akan berada antara level resistance di 29180 dan 29250, sementara support di 28866 dan 28660.
Bursa saham Wall Street minggu lalu terpantau melemah membukukan penurunan dua minggu berturutnya yang pertama sejak Agustus ini oleh kekuatiran pasar terhadap kelangsungan program reformasi pajak. Dow Jones Industrial secara mingguan melemah ke level 23358, dengan rentang pasar berikutnya antara resistance level pada 23392 dan 23600, sementara support di level 23242 dan 23250. Index S&P 500 minggu lalu melemah terbatas ke level 2578.8, dengan berikutnya range pasar antara resistance di level 2597 dan 2620, sementara support pada level 2557 dan 2544.
Untuk pasar emas, minggu lalu terpantau menguat dengan US dollar yang terkoreksi akibat ketidakpastian RUU program reformasi pajaknya Trump, sehingga berakhir dalam harga emas dunia yang menguat ke level $1293.77 per troy ounce. Untuk sepekan ke depan emas akan berada dengan rentang harga pasar antara resistance di $1306 dan berikut $1313, serta support pada $1265 dan $1251. Di Indonesia, harga emas terpantau menguat ke level Rp562,411 per gram.
Dinamika, atau bagi sebagian lainnya gejolak, dari pasar investasi sepertinya semakin fluktuatif saja belakangan ini. Semakin jelas bahwa koreksi pasar memang ada. Rebound atau reversal adalah bagian dari pergerakan pasar. Dalam situasi demikian ini, timing untuk masuk serta keluar pasar (market entry and exit) merupakan komponen kunci keberhasilan investasi. Terpeleset di sini maka keuntungan menjadi tipis atau bahkan kerugian membengkak. Anda, kalau boleh disarankan, perlu teman investasi. Tetaplah bersama kami, karena kami hadir demi sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!
Analyst: Alfred Pakasi
Editor: J. John