(Vibiznews – Editor’s Note) – Minggu lalu bursa pasar modal di Indonesia bergerak fluktuatif dan terakhirnya digerus aksi jual yang tajam oleh investor asing yang mengamankan posisinya menjelang libur panjang, sehingga secara mingguan bursa ditutup melemah ke level 5,952.14. Untuk minggu berikutnya (4-8 Desember) setelah melorot tajam cenderung akan banyak bargain hunting di pasar yang mengangkat lagi IHSG kembali ke level 6000. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance level di posisi 6073 dan 6092, sedangkan support di level 5945 dan kemudian 5943.
Mata uang rupiah seminggu lalu terlihat dalam rentang pergerakan pasar yang masih agak terbatas dalam empat minggu terakhir ini dengan bias yang melemah sejalan dengan pergerakan dollar AS yang rebound menguat, di mana secara mingguan rupiah melemah ke level 13,524. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan berada dalam range antara resistance di level 13,538 dan 13,557, sementara support di level 13,488 dan 13,450.
Untuk indikator ekonomi global, pada pekan mendatang ini akan diwarnai sejumlah data ekonomi penting. Secara umum sejumlah agenda rilis data ekonomi global yang kiranya perlu diperhatikan investor minggu ini, adalah:
- Dari kawasan Amerika: berupa rilis data ISM Non-Manufacturing PMI pada Selasa malam; disambung dengan rilis ADP Non-Farm Employment Change dan Crude Oil Inventories pada Rabu malam; berikutnya data tenaga kerja Unemployment Claims pada Kamis malam; diakhiri dengan rilis Non-Farm Employment Change dan Unemployment Rate pada Jumat malam.
- Dari kawasan Eropa dan Inggris: berupa rilis data Construction PMI Inggris pada Senin sore; selanjutnya rilis Manufacturing Production m/m Inggris pada Jumat sore.
- Dari kawasan Asia Australia: berupa rilis pengumuman RBA Rate Statement (Australia) pada Selasa pagi yang diperkirakan bertahan di level 1.50%.
Minggu lalu di pasar forex, mata uang dollar terpantau fluktuatif dengan menguat dan kemudian melorot oleh tertundanya RUU reformasi pajak dan berita Flynn yang berkejasama dengan pihak Rusia saat pemilu presiden AS yang lalu, di mana secara mingguan index dollar AS sedikit menguat ke level 92.89. Sementara itu, pekan lalu euro dollar terpantau melemah ke 1.1890. Untuk minggu ini, nampaknya euro akan berada antara level resistance pada 1.1960 dan kemudian 1.2034, sementara support pada 1.1711 dan 1.1622.
Poundsterling minggu lalu terlihat menguat ke level 1.3470 terhadap dollar. Untuk minggu ini pasar berkisar antara level resistance pada 1.3547 dan kemudian 1.3656, sedangkan support pada 1.3220 dan 1.3129. Untuk USDJPY minggu lalu berakhir menguat ke level 112.10. Pasar di minggu ini akan berada di antara resistance level pada 113.90 dan 114.72, serta support pada 110.80 serta level 109.54. Sementara itu, Aussie dollar terpantau melemah ke level 0.7608. Range minggu ini akan berada di antara resistance level di 0.7644 dan 0.7792, sementara support level di 0. 7531 dan 0.7520.
Untuk pasar saham kawasan, pada minggu lalu di regional Asia secara umum mixed terpengaruh berita bahwa RUU reformasi pajak AS tertunda sementara data manufaktur China dirilis di bawah ekspektasi. Indeks Nikkei secara mingguan terpantau menguat ke level 22810. Rentang pasar saat ini antara level resistance di level 23380 dan 23500, sementara support pada level 21970 dan lalu 21845. Sementara itu, Indeks Hang Seng di Hong Kong minggu lalu berakhir melemah ke level 29136. Minggu ini akan berada antara level resistance di 29802 dan 30186, sementara support di 2880 dan 28090.
Bursa saham Wall Street minggu lalu terpantau masih menguat walau banyak tergerus gain-nya di akhir minggu tertutama setelah rilis berita adanya indikasi kerjasama dengan pihak Rusia saat pemilu AS. Dow Jones Industrial secara mingguan menguat ke level 24234, dengan rentang pasar berikutnya antara resistance level pada 24326 dan 24450, sementara support di level 23508 dan 23242. Index S&P 500 minggu lalu menguat ke level 2642.2, dengan berikutnya range pasar antara resistance di level 2657 dan 2750, sementara support pada level 2592 dan 2577.
Untuk pasar emas, minggu lalu terpantau terkoreksi oleh US dollar yang cenderung menguat sementara pergerakan masih dalam rentang terbatas dan yang paling sempit dalam 12 tahun terakhir, sehingga berakhir dalam harga emas dunia yang melemah ke level $1279.92 per troy ounce. Untuk sepekan ke depan emas akan berada dengan rentang harga pasar antara resistance di $1299 dan berikut $1306, serta support pada $1269 dan $1265. Di Indonesia, harga emas terpantau melemah ke level Rp555,980 per gram.
Pasar investasi memang kerap bergerak tak terduga dan sebagian orang akan menyebutnya sebagai “anomali” atau juga “irrational”. Namun demikian, kalau Anda rajin ikuti ulasan market outlook ini, yang diasuh oleh pengamat dan pelaku pasar sesungguhnya, Anda kemungkinan besar akan sependapat bahwa banyak prediksi pergerakan pasar yang terbukti cukup akurat di kondisinya yang aktual. Bisa jadi, Anda sudah tersenyum menikmati sejumlah profit investasi selama ini. Syukurlah bila demikian. Bagi Anda yang belum menikmati profit investasi yang diharapkan, masih ada banyak kesempatan di depannya. Bersamalah kami terus, karena seperti Anda tahu, kami hadir demi sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!
Analyst: Alfred Pakasi
Editor: J. John