Sesuai Prediksi BI Mengumumkan Suku Bunga Acuan Tetap 4,25%

666

( Vibiznews – Banking )- Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 13-14 Desember 2017 akhirnya  memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate tetap sebesar 4,25%, dengan suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 3,50% dan Lending Facility tetap sebesar 5,00%, berlaku efektif sejak 15 Desember 2017,” demikian pernyataan Asisten Gubernur BI Dody Budi Waluyo di Kantor Pusat BI, pada hari ini.

Kebijakan tersebut konsisten dengan upaya menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta turut mendukung pemulihan ekonomi domestik dengan tetap mempertimbangkan dinamika perekonomian global maupun domestik. Bank Indonesia memandang bahwa pelonggaran kebijakan moneter yang telah ditempuh sebelumnya telah memadai untuk terus mendorong momentum pemulihan ekonomi domestik di tengah stabilitas makroekonomi yang semakin baik.

Ke depan, Bank Indonesia tetap mewaspadai sejumlah risiko, baik yang bersumber dari global terkait normalisasi kebijakan moneter di beberapa negara maju dan risiko geopolitik, maupun dari dalam negeri terutama terkait konsolidasi korporasi yang terus berlanjut dan intermediasi perbankan yang belum kuat.

Selanjutnya, Bank Indonesia akan mengoptimalkan gabungan kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga keseimbangan antara stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan dengan proses pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung saat ini.

Disamping itu Bank Indonesia juga akan terus memperkuat koordinasi kebijakan bersama Pemerintah untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Bank Indonesia memandang bahwa di tengah berlangsungnya perbaikan ekonomi global dan terjaganya stabilitas perekonomian domestik terbuka peluang untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi domestik yang lebih kuat dan berkelanjutan melalui penguatan pelaksanaan reformasi struktural.

Bagaimana kaitannya dengan pemulihan ekonomi global?

Pemulihan ekonomi global terus berlanjut secara lebih merata diikuti dengan tetap tingginya harga komoditas. Pertumbuhan ekonomi global 2017 diperkirakan lebih kuat dibandingkan 2016 dengan sumber pertumbuhan yang lebih merata, baik dari negara maju maupun negara berkembang. Pertumbuhan PDB AS membaik ditopang investasi yang meningkat dan konsumsi yang stabil. Sejalan dengan AS, ekonomi Eropa pulih cukup solid ditopang konsumsi dan ekspor. Perekonomian Tiongkok juga membaik didukung konsumsi dan ekspor di tengah kebijakan rebalancing yang ditempuh secara gradual. Perkembangan ini selanjutnya mendorong volume perdagangan dunia dan harga komoditas global, termasuk minyak, yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

Sementara itu, kenaikan suku bunga FFR di AS sebesar 25 bps pada 13 Desember 2017 sesuai dengan perkiraan Bank Indonesia. Ke depan, pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan akan tetap tinggi disertai dengan harga komoditas dan volume perdagangan yang tetap kuat. Namun demikian, sejumlah risiko terhadap perekonomian global tetap perlu diwaspadai, antara lain normalisasi kebijakan moneter di beberapa negara maju dan faktor geopolitik.

Pemulihan ekonomi Indonesia berlangsung gradual dan belum merata. Pertumbuhan ekonomi 2017 diperkirakan sekitar 5,10% (yoy), dibandingkan 5,02% (yoy) pada 2016. Hal ini juga diutarakan oleh wakil Bank Dunia Rodrigue Chaves.  Pertumbuhan ekonomi didukung oleh peningkatan ekspor komoditas yang selanjutnya mendorong peningkatan investasi nonbangunan, khususnya pada korporasi yang berbasis komoditas. Stimulus fiskal oleh pemerintah terkait pembangunan proyek infrastruktur juga mendorong investasi bangunan.

Di sisi lain, investasi pada sektor-sektor nonkomoditas belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Konsumsi rumah tangga masih tumbuh terbatas khususnya pada belanja makanan dan pakaian disertai pergeseran pola konsumsi ke leisure, serta terjadi preferensi untuk menunda konsumsi pada masyarakat golongan menengah atas.

Pada 2018, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan membaik bersumber dari lebih meratanya investasi, berlanjutnya stimulus fiskal Pemerintah, dan meningkatnya ekspor sejalan dengan berlanjutnya perbaikan ekonomi global. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi 2018 diperkirakan meningkat pada kisaran 5,1-5,5%.

Sumber : Bank Indonesia

Belinda/VMN/VBN/Senior Analyst Vibiz Research Center
Editor : Asido Situmorang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here