(Vibiznews – Editor’s Note) – Minggu lalu bursa pasar modal di Indonesia masih mencetak rekor dan bergerak dalam rally terpengaruh sentimen positif dari bursa Wall Street, walau sempat terhadang dua hari oleh aksi profit taking, sehingga secara mingguan bursa ditutup menguat dalam rekor ke level 6,660.62. Untuk minggu berikutnya (29 Januari – 2 Februari) IHSG kemungkinannya akan sempat dihadang dengan aksi ambil untung namun investor asing masih mungkin mendongkrak IHSG mencetak rekor baru lagi. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance level di posisi 6720 dan 6800, sedangkan support di level 6581 dan kemudian 6443.
Mata uang rupiah seminggu lalu terlihat bergerak menguat sementara dollar AS masih tetap lemah di sekitar tiga tahun terendahnya, di mana secara mingguan rupiah menguat ke level 13,304. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan berada dalam range antara resistance di level 13,350 dan 13,370, sementara support di level 13,263 dan 13,213.
Untuk indikator ekonomi global, pada pekan mendatang ini akan diwarnai sejumlah data ekonomi penting. Secara umum sejumlah agenda rilis data ekonomi global yang kiranya perlu diperhatikan investor minggu ini, adalah:
- Dari kawasan Amerika: berupa rilis data CB Consumer Confidence pada Selasa malam; disambung dengan rilis Crude Oil Inventories dan ADP Non-Farm Employment Change pada Rabu malam; berikutnya pengumuman Federal Funds Rate pada Kamis dini hari yang diperkirakan bertahan di level 1.50%; kemudian rilis ISM Manufacturing PMI pada Kamis malam; ditutup dengan data tenaga kerja Non-Farm Employment Change dan Unemployment Rate pada Jumat malam.
- Dari kawasan Eropa dan Inggris: berupa rilis data CPI Flash Estimate y/y Eropa pada Rabu sore; selanjutnya rilis Manufacturing PMI Inggris pada Kamis sore; diakhiri dengan data Construction PMI Inggris pada Jumat sore.
- Dari kawasan Asia Australia: berupa rilis data CPI q/q Australia dan Manufacturing PMI China pada Rabu pagi.
Minggu lalu di pasar forex, mata uang dollar masih berkisar di level tiga tahun terendahnya tertekan di antaranya oleh keraguan investor terhadap komitmen Pemerintah AS terhadap dollar yang kuat, di mana secara mingguan index dollar AS melemah ke level 89.31. Sementara itu, pekan lalu euro dollar terpantau menguat ke 1.2425, sekitar level tiga tahun tertingginya. Untuk minggu ini, nampaknya euro akan berada antara level resistance pada 1.2537 dan kemudian 1.2839, sementara support pada 1.2213 dan 1.2165.
Poundsterling minggu lalu terlihat menguat ke level 1.4162 terhadap dollar. Untuk minggu ini pasar berkisar antara level resistance pada 1.4344 dan kemudian 1.5012, sedangkan support pada 1.3838 dan 1.3457. Untuk USDJPY minggu lalu berakhir melemah ke level 108.58. Pasar di minggu ini akan berada di antara resistance level pada 111.47 dan 113.38, serta support pada 107.13 serta level 101.18. Sementara itu, Aussie dollar terpantau menguat ke level 0.8111. Range minggu ini akan berada di antara resistance level di 0.8135 dan 0.8163, sementara support level di 0.7955 dan 0.7807.
Untuk pasar saham kawasan, pada minggu lalu di regional Asia secara umum mixed antara mengikuti rally dari Wall Street dan profit taking di sebagian bursa. Indeks Nikkei secara mingguan terpantau melemah ke level 23615. Rentang pasar saat ini antara level resistance di level 24125 dan 24500, sementara support pada level 23510 dan lalu 22735. Sementara itu, Indeks Hang Seng di Hong Kong minggu lalu berakhir menguat rekor ke level 33140. Minggu ini akan berada antara level resistance di 33510 dan 33600, sementara support di 31914 dan 29506.
Bursa saham Wall Street minggu lalu terpantau berlanjut menguat dan mencetak rekor oleh masih kuatnya laporan kinjerja keuangan sejumlah emiten besar setelah isyu shutdown berlalu. Dow Jones Industrial secara mingguan menguat ke level 26608, dengan rentang pasar berikutnya antara resistance level pada 26700 dan 26800, sementara support di level 25942 dan 25256. Index S&P 500 minggu lalu menguat rekor ke level 2872.0, dengan berikutnya range pasar antara resistance di level 3000 dan 3100, sementara support pada level 2792 dan 2736.
Untuk pasar emas, minggu lalu terpantau lanjut menguat oleh tetap melemahnya dollar, sehingga berakhir dalam harga emas dunia yang menguat ke level $1349.40 per troy ounce. Untuk sepekan ke depan emas akan berada dengan rentang harga pasar antara resistance di $1366 dan berikut $1374, serta support pada $1323 dan $1305. Di Indonesia, harga spot emas terpantau menguat tipis ke level Rp577,357 per gram.
Pasar yang bergejolak terus belakangan ini membuat sejumlah forum diskusi digiatkan di antara kalangan investor. “Pasar ini sebenarnya mau ke mana?” begitu yang sering jadi topik hangat diskusi. Memang benar, hanya si pasar sendiri yang tahu pergerakan pasar. Namun demikian, perilaku pasar dapat dipelajari juga, bukan? Bagi mereka yang telah lama berpengalaman merasakan denyut naik turunnya pasar, biasanya akan cukup bijak untuk melihat pasar dari sudut “bird-eye view”. Vibiznews.com pastinya punya kapabilitas itu sebagai media spesialisasi investasi yang berpengalaman. Mari bersama kami memanfaatkan gerak pasar dan jadilah investor yang ‘profitable’. Tetaplah bersama kami, Anda akan terbantu dalam pengambilan keputusan investasi Anda. Terima kasih pembaca karena telah setia bersama kami, partner sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!
Analyst: Alfred Pakasi
Editor: J. John