(Vibiznews – Commodity) Harga minyak mentah A.S. tergelincir pada hari Selasa (30/01) di sesi Asia, memperpanjang kerugian ke sesi kedua, karena penguatan dolar melemahkan permintaan untuk minyak mentah, sementara produksi A.S. yang meningkat membantu meredam harga.
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS turun 13 sen atau 0,2 persen, turun pada $ 65,43 pada pukul 0027 GMT. Pada hari Senin, mereka turun 58 sen atau 0,9 persen menjadi $ 65,56 per barel.
Harga minyak mentah berjangka Brent, patokan global, belum diperdagangkan. Kontrak untuk pengiriman Maret ditutup turun $ 1,06 atau 1,5 persen, pada $ 69,46 per barel pada hari Senin.
Harga masih menuju kenaikan kelima bulanan berturut-turut.
Reli harga minyak baru-baru ini didorong oleh enam penurunan dolar AS berturut-turut secara mingguan. Dolar AS turun 3 persen sejauh bulan ini.
Harga minyak berdenominasi mata uang A.S., sehingga dolar yang turun dapat meningkatkan permintaan minyak mentah dari pembeli yang menggunakan mata uang lainnya.
Indeks dolar berada di bawah $ 90 sejak 24 Januari, turun di bawah $ 89 pada hari Jumat. Namun mata uang tersebut telah pulih sejak saat itu menjadi sekitar $ 89,37, yang telah membebani harga minyak mentah.
Produksi A.S. sudah setara dengan Arab Saudi, produsen terbesar di Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak. Hanya Rusia yang menghasilkan lebih banyak, rata-rata 10,98 juta bpd pada 2017.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga minyak mentah berpotensi lemah dengan kekuatan dolar AS berlanjut. Harga diperkirakan bergerak dalam kisaran Support $ 64,90-$ 64,40, dan jika harga naik akan bergerak dalam kisaran Resistance $ 65,90-$ 66,40.
Asido Situmorang, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting Group



