(Vibiznews – Commodity) Harga kakao berjangka ICE Futures pada akhir perdagangan Rabu dinihari (07/02) ditutup turun. Penurunan harga kakao terpicu perkiraan surplus produksi kakao.
Dalam sebuah wawancara Reuters di Abidjan Senin malam, Lionel Soulard, direktur bisnis kakao Cargill yang berfokus untuk Afrika, mengatakan bahwa industri tersebut memperkirakan surplus global kecil pada 2017/18 – sekitar 100.000 sampai 150.000 ton.
Surplus global adalah 370.000 ton pada 2016/17, menurut International Cocoa Organization (ICCO).
Sebagian besar kelebihan ini telah berada di belakang ledakan produksi di Pantai Gading. Afrika Barat menghasilkan sekitar dua pertiga dari kakao dunia; Pantai Gading, penumbuh terbesar, sepertiganya.
Di akhir perdagangan dinihari tadi, harga kakao berjangka kontrak Mei 2018 yang merupakan kontrak paling aktif terpantau ditutup dengan membukukan penurunan. Harga komoditas tersebut ditutup merosot sebesar 9 dollar atau 0,43 persen pada posisi 2.065 dollar per ton.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bahwa harga kakao berjangka untuk perdagangan selanjutnya berpotensi lemah jika penguatan dollar AS berlanjut. Untuk perdagangan selanjutnya harga kakao berjangka di ICE Futures New York berpotensi untuk menembus level Support pada posisi 2.010 dollar. Jika level Support tersebut berhasil ditembus level selanjutnya adalah 1.960 dollar. Sedangkan level Resistance yang akan ditembus jika terjadi kenaikan ada pada 2.110 dollar dan 2.160 dollar.
Asido Situmorang, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting Group