(Vibiznews – Commodity) Produksi minyak serpih A.S. diperkirakan meningkat dalam lima tahun ke depan karena pulih dengan cepatnya pengebor dari kemerosotan tiga tahun, demikian Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan pada hari Senin (05/03).
Sebuah kesepakatan penting pada 2017 antara OPEC dan produsen minyak lainnya termasuk Rusia untuk membatasi produksi guna mengatasi kemerosotan global secara material meningkatkan prospek produsen lain karena harga minyak naik tajam sepanjang tahun, IEA mengatakan.
Produksi non-OPEC akan meningkat sebesar 5,2 juta barel per hari (bpd) pada tahun 2023 menjadi 63,3 juta bpd.
Produksi minyak serpih akan mencakup lebih dari setengah dari pertumbuhan produksi dunia sebesar 6,4 juta barel per hari, IEA mengatakan dalam laporan lima tahun minyaknya tahun 2018.
Produksi minyak mentah A.S. akan meningkat sebesar 2,7 juta bph menjadi 12,1 juta barel per hari pada tahun 2023, karena pertumbuhan dari serpih, yang dikenal sebagai minyak ringan, lebih banyak dari pada penurunan pasokan konvensional.
Cairan gas alam akan menambah 1 juta bpd lagi menjadi 4,7 juta bpd pada 2023.
Dengan total produksi minyak cairan (oil liquid) mencapai hampir 17 juta bpd pada tahun 2023, naik dari 13,2 juta pada tahun 2017, Amerika Serikat akan menjadi produsen minyak cairan terbaik dunia.
Produksi pada 2017 naik 670.000 bpd karena pengebor menambahkan 200 kilang yang mengalahkan semua perkiraan, IEA mengatakan.
Tahun lalu, IEA memperkirakan produksi serpih A.S. pada 2022 tumbuh sebesar 1,4 juta barel per hari dengan harga minyak hingga $ 60 per barel dan akan mencapai 3 juta barel dengan harga minyak mencapai $ 80 per barel.
Asido Situmorang, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting Group