(Vibiznews – Commodity) – Setelah mencapai puncak harga tertinggi 16 bulan awal pekan, harga kakao yang diperdagangkan di bursa komoditas berjangka internasional tertekan profit taking diakhir sesi Rabu (07/03). Profit taking pasar terjadi selain posisi harga yang sudah overbought, juga kehati-hatian pasar akan pasokan cocoa di Pantai Gading.
Harga kakao berjangka untuk kontrak paling ramai yaitu bulan Mei di ICE New York turun $5 atau 0,2 persen ke posisi $2459 per ton, setelah sempat naik ke $ 2471 yang merupakan tertinggi untuk posisi kedua sejak November 2016.
Namun di London, harga kakao berjangka untuk bulan Mei naik 19 poundsterling atau 1,1 persen pada 1.727 pound per ton, setelah sempat naik keharga tertinggi sejak Maret 2017 di 1.732 pound.
Analis Vibiz Research Center melihat anjloknya harga kakao di Amerika menghiraukan sentimen rendahnya kurs dollar AS. Selain kehati-hatian pasar juga datang oleh adanya laporan dari salah satu perusahaan cocoa terbesar yaitu Lindt & Spruengli yang menyatakan untuk musim 2017/18 terjadi surplus pasokan dunia sekitar 50.000 ton, lebih rendah dari perkiraan Organisasi Kakao Internasional untuk surplus 105.000 ton.
Untuk perdagangan selanjutnya harga kakao berjangka yang diperdagangkan di bursa New York dapat naik lagi jika pelemahan dollar AS berlanjut. Harga masih akan bergerak di kisaran resisten $2475 hingga $2505 dan jika terjadi koreksi akan bergerak di kisaran support $2404 hingga $2385.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Group Editor: Asido Situmorang