(Vibiznews – Commodity) – Arab Saudi berambisi kuat untuk mendorong harga minyak mendekati $ 80 per barel untuk membayar agenda kebijakan pemerintah yang sudah mendesak dan mendukung perusahaan energi raksasa milik kerajaan, Aramco sebelum tiba jadwal penawaran umum perdana (IPO).
Harga minyak melanjutkan kenaikannya, patokan minyak mentah Brent London naik sebanyak 2,3 persen menjadi $ 70,21 per barel.
Dalam wawancara dengan majalah Time minggu lalu, Putera Mahkota Saudi Mohammad bin Salman membuat pernyataan publik pertama yang mengaitkan harapannya dengan harga minyak yang lebih tinggi menjelang jadwal penawaran umum perdana, perusahaan minyak raksasa milik kerajaan Saudi, Aramco.
Pernyataan Menteri Perminyakan Saudi Khalid Al-Falih juga terdengar semakin hawkish di depan umum, menunjukkan bahwa OPEC harus menjaga pengetatan pasar minyak bahkan melalui pengaruh kartel untuk memenuhi tujuannya yaitu dengan memotong persediaan minyak mentah di negara-negara anggota eksportir minyak mentah untuk masa lima tahun kedepan.
Dalam sebuah wawancara di New York bulan lalu, dia mengatakan harga minyak hari ini yang mendekati $ 70 per barel belum cukup untuk merangsang investasi di industri perminyakan.
Sementara ada sedikit indikasi Saudi siap mencapai target mereka yaitu $ 80 per barel, setidaknya aspirasi menunjukkan mereka akan terus dengan langkah-langkah saat ini sampai tujuan harga yang lebih dekat. Riyadh mengandalkan menurunnya produksi minyak Venezuela, kemungkinan pengenaan sanksi baru AS terhadap Iran, dan pertumbuhan permintaan yang berkelanjutan untuk menyerap produksi serpih AS.
Harga minyak mentah dunia yang saat ini masih berada di bawah $ 70 per barel telah mendorong pengeboran minyak serpih (shale) di daerah produktif Permian, Bakken dan lain-lain. Jumlah rig minyak yang beroperasi di AS pekan lalu naik menjadi 808, naik hampir 20 persen dari tahun lalu dan tertinggi sejak 2015.
Negara-negara OPEC lain telah melihat adanya pemotongan produksi oleh Arab Saudi, tetapi secara pribadi beberapa negara semakin khawatir bahwa Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan harga minyak terlalu tinggi.
Sejauh ini, Moskow telah mendukung Riyadh, setidaknya di depan umum, dengan Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan bahwa aliansi antara kartel dan Rusia yang mengoordinasikan pemangkasan produksi minyak yang belum pernah terjadi, bisa bertahan “tanpa batas.”
Selasti Panjaitan/VBN/Coordinating Partner/Vibiz Consulting Group
Editor : Asido Situmorang