Emas Minggu Lalu & Arah Kedepannya

748

(Vibiznews-Commodity) Emas dan perak naik mengakhiri minggu lalu didukung oleh melemahnya dolar AS. Baik emas dan perak membuat gerakan naik pada hari Jumat 22 Juni karena dolar AS mengalami kemunduran akibat aksi ambil untung, setelah berada pada posisi puncak selama 11 bulan.

Metal kuning naik 0.10%, diperdagangkan pada US$1,268.20 per ons, tetap berada dibawah batas US$1,300. Metal putih naik 0.35%, diperdagangkan pada US$16.34 per ons, setelah jatuh ke level terendah sejak 2 Mei 2018.

Walaupun emas ditutup sedikit lebih tinggi pada hari Jumat kemarin, metal berharga kuning ini mencatat harga yang lebih rendah minggu kedua berturut-turut. Sebelum mengalami penurunan pada minggu yang lalu, emas berjangka dibukan pada hari Senin di US$1281 per ons dan sempat diperdagangkan pada ketinggian US$1286. Namun, posisi terendah mingguan pada US$1263 yang menjadi perhatian yang terbesar.

Mempertimbangkan emas dibuka sedikit diatas US$1,300 per ons pada permulaan tahun, dua minggu yang terakhir ini telah membuat emas diperdagangkan pada harga terendah selama tahun 2018.

Dua faktor yang kritis yang telah membuat tekanan jual yang paling besar adalah kuatnya dolar AS, dan kebijakan moneter mengenai normalisasi quantitative dari Federal Reserve saat ini.

Harga tertinggi dimana emas sempat diperdagangkan pada tahun ini terjadi selama minggu 9 April ketika emas berjangka diperdagangkan pada ketinggia US$1,370 per ons. Pada saat itu indeks dolar AS diperdagangkan pada 89, setelah membentuk suatu dasar dan support dari kerendahan yang dicapai pada akhir dari bulan Januari. Minggu lalu, indeks dolar AS menyentuh nilai tertinggi dalam tahun 2018 ketika diperdagangkan di ketinggian diatas 95, yang merupakan kenaikan sebanyak 6% dari awal tahun ini.

Kuatnya dolar AS menjelaskan secara mayoritas mengapa harga emas mengalami penurunan pada tahun ini. Emas telah turun kira-kira 7.2% dari ketinggian yang dicapai pada bulan April.

Pertemuan FOMC pada bulan ini memperlihatkan Federal Reserve yang lebih “hawkish” yang menciptakan tekanan jual tambahan. Walaupun sudah diantisipasikan secara luas bahwa the Fed akan menaikkan tingkat bunga yang keduanya pada tahun ini, tetapi mereka juga menjelaskan akan kemungkinan penambahan kenaikan tingkat bunga sebanyak dua kali lagi pada tahun 2018.

Pertengkaran saat ini antara Amerika Serikat dan Cina telah bergerak menuju perang dagang habis-habisan. Efek bersih terhadap dolar AS pada saat tarif mulai diberlakukan yang akan bisa memberikan indikasi arah kedepan dari harga emas. Sampai sekarang ini, pertengkaran yang sedang berlangsung dan pengumuman baru-baru ini dari European Central Bank telah memberikan efek menguatkan dolar AS.

Sebagaimana yang dilaporkan di dalam Market Watch, “Trader emas, namun, telah mengabaikan peristiwa yang mencemaskan (dari perang dagang) yang normalnya mendukung harga emas, dan fokus pada dolar AS yang menguat dan pada prospek dari kebijakan pengetatan dari bank sentral yang menguasai pasar negara berkembang”.

Rally dari metal terhapus oleh keprihatinan akan perang dagang yang terus berlangsung yang membuat para investor berbalik dari komoditi.

Jika tarif diberlakukan pada bulan Juli sebagaimana yang diajukan, hal ini bisa memberikan pengaruh yang dalam terhadap kekuatan dolar AS yang akan membuat indeks dolar turun, yang akan bisa membuat emas bergerak naik dari kerendahan belakangan ini.

Namun Ronald Leung, kepala dealer pada Lee Cheong Gold Dealers di Hong Kong mengatakan,”perang dagang sedang mempengaruhi emas saat ini, kecuali dolar AS melemah, jangan berharap emas akan bergerak terlalu tinggi”.

Ricky Ferlianto/VBN/Head of III, Vibiz Consulting Group

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here