(Vibiznews-Commodity) Harga emas dan perak turun lumayan pada awal dari perdagangan AS hari Rabu kemarin, tertekan sebagian karena diluncurkannya sanksi bea cukai berikutnya dalam perdagangan AS terhadap Cina yang memicu aksi jual di dalam banyak pasar komoditi mentah. Naiknya indeks dolar AS pada hari kemarin juga merupakan faktor negatif bagi pasar metal berharga.
Emas berjangka bulan Agustus terakhir diperdagangkan turun $5.10 per ons pada $ 1,250.20. Perak Comex bulan Juli terakhir diperdagangkan turun $0.142 pada $15.945 per ons.
Harga emas tetap dalam tekanan dan hanya bereaksi sedikit terhadap tekanan inflasi yang lebih tinggi daripada yang diperkirakan. Pada hari Rabu kemarin, Departemen Tenaga Kerja AS berkata bahwa Producer Price Index (PPI) naik 0.3% pada bulan Juni setelah kenaikan 0.3% juga pada bulan Mei, data yang keluar lebih kuat daripada yang diperkirakan dimana para ekonom memperkirakan kenaikan sebesar 0.2%.
Selama setahun, harga produsen meningkat 3.4%. Menurut laporan tersebut ini merupakan kenaikan terbesar selama 12 bulan sejak naik 3.7% pada bulan November 2011.
PPI inti yang mengeluarkan biaya energi dan makanan yang volatil juga naik lebih dari pada yang diperkirakan. PPI inti setahun naik 2.8% dibandingkan dengan yang diperkirakan sebesar 2.6% pada bulan Juni, sedangkan pada bulan Mei hanya naik 2.4%.
Harga emas telah berada dibawah tekanan sepanjang awal sesi dengan pasar terus mengabaikan data ekonomi. Menurut para analis, harga emas disetir oleh momentum kuat dalam dolar AS. Emas berjangka bulan Agustus terakhr diperdagangkan pada $1,250.20 per ons, turun 0.40%.
Para ekonom menaruh perhatian ketat kepada harga produsen karena merupakan indikator terdepan untuk harga konsumen. Perusahaan membebankan biaya yang lebih tinggi kepada langganan mereka. Para ekonom mencatat bahwa data PPI yang lebih kuat daripada yang diperkirakan meningkatkan naiknya resiko terhadap tekanan inflasi konsumen.
Inflasi yang lebih tinggi secara historis positip bagi emas, yang dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi, namun sekarang ini, menurut sebagian analis komoditi, pasar tidak melihat banyak kegunaan karena investor lebih fokus pada tingkat bunga. Para analis menjelaskan bahwa inflasi yang lebih tinggi bisa memicu Federal Reserve untuk menaikkan tingkat bunga secara agresif, yang mendukung dolar AS dan melemahkan harga emas.
Ricky Ferlianto/VBN/Head of III, Vibiz Consulting Group
Editor: Asido