(Vibiznews-Commodity) Harga emas dan perak sedikit menguat pada awal sore waktu Amerika Serikat hari Kamis kemarn. Aksi “short covering” pada pasar berjangka berlangsung, menyususl tekanan jual belakangan ini. Namun minat beli emas tetap tertekan oleh “rally” pada pasar saham kemarin dan mentalitas trading yang menerima resiko sedang bekerja pada umumnya di dunia kerja/bisnis belakangan ini. Emas berjangka bulan Agustus terakhir diperdagangkan naik $3.10 per ons pada $1,247.50. Perak Comex bulan Juli terakhr diperdagangkan naik $0.193 pada $16.01.
Harga emas tetap berada dibawah, tidak berubah bahkan setelah data inflasi konsumen AS yang bercampur. Pada hari Kamis, Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan Indeks Harga Konsumen AS naik 0.1% setelah naik 0.2% pada bulan Mei. Kenaikan ini sedikit lebih rendah daripada yang diperkirakan.
Selama setahun, laporan tersebut mengatakan bahwa inflasi konsumen naik 2.9%, yang adalah sesuai dengan yang diperkirakan. Sementara indeks gasoline naik 0.5%, laporan tersebut mencatat bahwa biaya energi secara keseluruhan jatuh, dengan indeks energi jatuh 0.3% pada bulan Juni.
Inflasi inti bulanan, yang menghilangkan biaya energi dan makanan yang volatil, naik 0.2% setelah kenaikan 0.2% pada bulan Mei. Para ekonom memperkirakan kenaikan 0.2% di dalam tekanan harga.
Inflasi inti tahunan naik ke level yang paling tinggi di dalam enam tahun, meningkat menjadi 2.3%.
Harga emas telah berada pada tekanan jual yang signifikan selama dua hari terakhir dengn ketegangan perdagangan global telah membuat semua pasar keuangan bergolak. Hanya satu “assets” yang telah menarik modal investor yakni dolar AS, yang adalah badai bagi metal kuning. Emas berjangka bulan Agustus pada saat terakhir diperdagangkan pada $1.247.50 per ons, naik 0.2% pada hari kemarin.
Banyak investor emas frustrasi karena metal kuning yang secara tradisional menjadi suatu lindung nilai terhadap tekanan harga yang meningkat, saat ini tidak bisa memanfaatkan kenaikan inflasi. Menurut sebagian analis komoditi, emas sedang berjuang karena inflasi yang lebih tinggi memberikan tekanan pada Federal Reserve untuk menaikkan tingkat bunga, yang memberikan dorongan naik kepada dolar AS.
Namun Royce Mendes, ekonom senior pada CIBC mengatakan bahwa hal itu tidak akan memicu the Fed untuk bertindak lebih agresif daripada yang telah disignalkan. Dia menambahkan bahwa angka tersebut seharusnya tidak akan memberikan pengaruh terhadap pasar.
Pada proyeksi ekonomi terakhir, Federal Reserve memberikan signal bahwa mereka akan menaikkan tingkat bunga dua kali lagi pada tahun ini.
Fitur di pasar pada akhir minggu ini adalah pertemuan Presiden AS Trump di Eropa dengan para pemimpin Eropa, dan sebuah pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin diskedulkan pada hari Senin minggu depan. Pasar akan memperhatikan pertemuan Trump secara seksama. Pertemuan yang baru berakhir dengan NATO dideklarisasikan oleh Trump sebagai berhasil.
Ricky Ferlianto/VBN/Head of III, Vibiz Consulting Group
Editor: Asido