(Vibiznews – Commodity) – Melihat perkembangan harga kakao yang diperdagangkan di bursa komoditas berjangka internasional pekan ketiga bulan Juli (16-20 Juli), harga kakao anjlok cukup signifikan hingga 7,8 persen atau penurunan mingguan terbesar sejak Desember 2016.
Ambruknya harga kakao cukup parah tersebut dipicu oleh tingginya dollar AS dan juga kondisi cuaca di Afrika yang baik khususnya daerah Ivory Coast. Karena cuaca yang baik akan membuat musim panen tanaman kakao meningkat, dan ini mengkhawatirkan pasar karena peningkatan pasokan kakao.
Namun sentimen diatas terkoreksi pada akhir pekan oleh perkiraan pasar terbaru untuk musim panen di Ivory Coast, dimana diperkirakan akan terjadi penurunan produksi sebanyak 25 persen. Sentimen inilah yang membuat harga kako akhir pekan ditutup bullsih.
Dengan posisi harga diatas, analis Vibiz Research Center memperkirakan sepanjang minggu yang akan berjalan harga kakao secara teknikal berada di posisi oversold. Kenaikan harga di akhir pekan bisa menjadi pijakan kuat bagi harga kakao lanjut bullish pekan ini.
Akhir perdagangan pekan lalu harga kakao berjangka untuk kontrak paling ramai yaitu bulan September di ICE New York untuk kontrak bulan September naik $ 30 atau 1,3 persen pada posisi $ 2,322 per ton, setelah sebelumnya sempat mencapai $ 2.280 yang merupakan harga terendah sejak 1 Maret. Dan untuk harga kakao di London naik 6 pound atau 0,4 persen pada 1,699 pon per ton.
Untuk perdagangan selanjutnya harga kakao berjangka yang diperdagangkan di bursa New York malam nanti diperkirakan positif dan secara teknikal naik ke kisaran resisten $2340 hingga $2435. Namun jika terkoreksi akan turun ke support $2270 hingga $2255.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Group Editor: Asido Situmorang