Emas Naik Sedikit Karena Tindakan “Short Covering”

714

(Vibiznews-Commodity) Harga emas dan perak naik sedikit pada awal perdagangan sesi Amerika Serikat pada hari Selasa kemarin. Sedikit aksi lindung nilai atas posisi “short” yang dilakukan oleh para trader berjangka terlihat pada kedua pasar kemarin, menyusul kerugian baru-baru ini yang telah membawa harga metal berharga ke kerendahan selama 12 bulan. Kurangnya berita-berita atas event pasar yang utama di dunia saat ini membuat para trader yang berdasarkan grafik mendominasi perdagangan dan analisa tehnikal yang berdasarkan grafik bagi emas dan perak, kedua-duanya masih tetap kokoh “bearish”.

Emas mengambil kembali kerugian awal di level rendah $1,218, berbalik naik pada hari kemarin, memulihkan penurunan semalam. Emas berjangka bulan Agustus terakhir diperdagangkan naik $1.60 per ons pada $1,227.20. Perak Comex bulan September naik $0.125 pada $15.545 per ons.

Pada awal minggu ini dipasar terlihat kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah dengan dasar pemikiran bank sentral utama dunia akan memulai membalikkan kebijakan moneter yang mudah selama ini. Laporan mengatakan bahwa Bank of Japan sedang berada pada ambang dari membalikkan kebijakan yang sangat akomodatif selama ini.

Bank-bank dan pialang-pialang telah memangkas perkiraan harga emas rata-rata untuk tahun ini dan tahun depan setelah kerugian yang besar yang dialami pada kuartal kedua, tetapi memperkirakan bahwa metal berharga untuk kembali bangkit kearah $1,300 per ons, menurut polling dari Reuters pada hari Senin.

Sebuah polling dari 35 analis dan trader yang dilakukan pada bulan ini memperkirakan harga emas rata-rata harga emas berada pada $1,301 per ons pada 2018 dan $1,325 pada 2019, dari prediksi $1,334 dan $1,352 berturut-turut pada polling yang sama tiga bulan yang lalu.

Revisi ini muncul setelah emas terjun bebas dari ketinggian $1,365.23 pada bulan April ke sekitar $1,220 di bawah tekanan dari dolar AS yang menguat, ekspektasi dari kenaikan tingkat bunga, penurunan yang besar pada emas yang dipegang oleh “exchange-traded funds” dan aksi jual oleh para investor spekulatif.

Dolar AS yang menguat membuat emas menjadi lebih mahal bagi para pembeli dengan matauang lain, sementara tingkat bunga yang lebih tinggi menambah “opportunity cost” dari memegang bullion yang tidak memberikan imbal hasil.

Responden polling berkata bahwa aksi jual sudah melewati batas.

Analis Julius Baer, Carsten Menke, mengatakan emas seharusnya membangun dasar pada bulan-bulan yang akan datang. Kenaikan jangka menengah dan panjang akan bertambah sekali keprihatinan akan pertumbuhan ekonomi dan inflasi menyelinap masuk ke pasar keuangan, membangkitkan kembali permintaan akan “safe-haven”.

Ricky Ferlianto/VBN/Head of III, Vibiz Consulting Group

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here