(Vibiznews – Commodity) Harga minyak naik pada Senin malam (10/08) karena pengeboran AS terhenti dan karena investor mengantisipasi pasokan yang lebih rendah setelah sanksi baru AS terhadap ekspor minyak mentah Iran dimulai pada November.
Harga minyak mentah berjangka AS adalah 55 sen lebih tinggi pada $ 68,30.
Harga minyak mentah berjangka Brent naik $ 1,09 per barel, atau 1,4 persen, ke level tertinggi $ 77,92, tetapi kemudian berkurang menjadi $ 77,60.
Harga minyak yang lebih tinggi dibangun dari ekspor yang lebih rendah dari Iran karena sanksi AS, menurunnya pertumbuhan produksi serpih AS, ketidakstabilan dalam produksi di negara-negara seperti Libya dan Venezuela dan tidak ada dampak negatif secara material dari perang perdagangan AS / China terhadap permintaan minyak di AS 6-9 bulan ke depan, demikian pendapat analis.
Pengebor AS memotong dua kilang minyak minggu lalu, sehingga jumlah total menjadi 860, Baker Hughes mengatakan pada hari Jumat.
Jumlah kilang pengeboran untuk minyak di Amerika Serikat telah terhenti sejak Mei, mencerminkan peningkatan dalam produktivitas sumur tetapi juga hambatan dan kendala infrastruktur.
Di luar Amerika Serikat, ekspor minyak mentah Iran menurun menjelang tenggat waktu November untuk pelaksanaan sanksi baru AS.
Meskipun banyak importir minyak Iran mengatakan mereka menentang sanksi, beberapa tampaknya siap menentang Washington.
Sementara Washington memberikan tekanan pada negara-negara untuk memotong impor dari Iran, itu juga mendesak produsen lain untuk meningkatkan produksi untuk menekan harga.
Investor prihatin tentang dampak pada permintaan minyak dari sengketa perdagangan antara Amerika Serikat dan ekonomi besar lainnya, serta kelemahan pasar negara berkembang.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga minyak berpotensi naik dengan berbagai sentimen pendukung. Harga diperkirakan bergerak dalam kisaran Resistance $ 68,80-$ 69,30, jika harga turun akan bergerak dalam kisaran Support $ 67,80-$ 67,30.
