(Vibiznews – Commodity) – Harga emas dunia terpantau kembali melemah pada perdagangan awal pekan Senin siang (1/10), karena dolar yang menguat di tengah indikasi dari Federal Reserve AS bahwa bank sentral ini akan mengejar kebijakan moneter ketat.
The Fed menaikkan suku bunga AS pekan lalu dan mengatakan pihaknya merencanakan empat peningkatan lagi sampai akhir 2019 dan satu lagi pada 2020, di tengah pertumbuhan ekonomi yang stabil dan pasar tenaga kerja yang kuat.
Spot emas turun 0,3 persen ke level $1,188.21 pada Senin siang WIB. Pada Jumat lalu, emas menyentuh level terendahnya sejak 17 Agustus di $1,180.34 per ounce. Emas berjangka AS turun 0,3 persen pada $1,192.30 per ounce.
Indeks dollar, yang mengukur dollar terhadap keranjang enam mata uang saingan utamanya, siang WIB ini melaju ke level 95,21 dibandingkan level penutupan sesi sebelumnya di 95,18.
Suku bunga AS yang lebih tinggi cenderung akan menaikkan dolar dan mendorong imbal hasil obligasi, memberikan tekanan pada harga emas dengan naiknya biaya peluang memegang bullion yang tidak menghasilkan bunga itu.
Analis pasar menyebutkan bahwa harga emas cenderung akan berada dalam volatilitas yang lebih rendah, dengan pasar China yang ditutup selama seminggu, untuk perayaan Golden Week.
Sementara itu, analis Vibiznews melihat bahwa spot emas dunia masih terus terperangkap dalam rentang konsolidasinya selama 6 minggu terakhir setelah sebelumnya terjebak dalam downtrend dari awal April lalu, sedangkan dollar terus tampil perkasa didukung proyeksi kenaikan suku bunga the Fed serta data ekonomi AS yang solid. Harga emas, kalau terus tertekan, akan menuju level support di $1.187,30 dan $1.159,79. Sedangkan, bila terdongkrak ke atas akan menuju ke level resistant $1.213,86 dan level $1.220,69.
Di dalam negeri, harga emas ANTAM terpantau stabil di level harga Rp666.000 per gramnya, dibandingkan harga pada Jumat kemarin di Rp666.000 juga.
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting Group
Editor: Asido