Market Outlook, 1-5 October 2018

1512

(Vibiznews – Editor’s Note) – Minggu lalu pasar modal di Indonesia menguat kembali setelah sempat fluktuatif terpengaruh dinamika bursa Asia yang digoyang tarik ulur konflik perang dagang AS – China. Secara mingguan IHSG ditutup menguat ke level 5,976.550. Untuk minggu berikutnya (1-5 Oktober) IHSG masih mungkin untuk menanjak dengan pasar tetap mencari arah indikasi berikutnya mengacu kepada arah bursa kawasan juga. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance level di 6086 dan kemudian 6117, sedangkan support level di posisi 5781 dan kemudian 5621.

Mata uang rupiah secara mingguan bergerak melemah ke level Rp14,925 terutama pada pertengahan sampai akhir minggunya, sementara dollar kembali perkasa di pasar uang global karena tensi perang dagang dan prospek lanjutan kenaikan bunga. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan berada dalam range antara resistance di level 14,940 dan 15,000, sementara support di level 14,770 dan 14,543.

Untuk indikator ekonomi global, pada pekan mendatang ini akan diwarnai sejumlah data ekonomi penting. Secara umum sejumlah agenda rilis data ekonomi global yang kiranya perlu diperhatikan investor minggu ini, adalah:

  • Dari kawasan Amerika: berupa rilis data ISM Manufacturing PMI pada Senin malam; disambung dengan rilis pidato Fed Chair Powell pada Selasa tengah malam; berikutnya data ADP Non-Farm Employment Change dan ISM Non-Manufacturing PMI pada Rabu malam; disambung dengan pidato Fed Chair Powell pada Kamis subuh; diakhiri dengan rilis Non-Farm Employment Change dan Unemployment Rate pada Jumat malam.
  • Dari kawasan Eropa dan Inggris: berupa rilis data Manufacturing PMI Inggris pada Senin sore; selanjutnya rilis Services PMI Inggris pada Rabu sore.
  • Dari kawasan Asia Australia: berupa rilis pengumuman RBA Rate Statement (Australia) pada Selasa siang yang diperkirakan bertahan di level 1.50%.

 

Pasar Forex

Minggu lalu di pasar forex, mata uang dollar menguat ke level 2 minggu tertingginya karena proyeksi kenaikan suku bunga the Fed sampai ke tahun 2020, dimana indeks dolar AS secara mingguan menguat ke 95.18. Sementara itu, pekan lalu Euro terhadap dollar terpantau melemah ke 1.1602. Untuk minggu ini, nampaknya euro akan berada antara level resistance pada 1.1814 dan kemudian 1.1851, sementara support pada 1.1525 dan 1.1394.

Poundsterling minggu lalu terlihat fluktuatif dan berakhir melemah ke level 1.3027 terhadap dollar. Untuk minggu ini pasar berkisar antara level resistance pada 1.3297 dan kemudian 1.3362, sedangkan support pada 1.2896 dan 1.2785. Untuk USDJPY minggu lalu berakhir menguat ke level 113.68.  Pasar di minggu ini akan berada di antara resistance level pada 113.74 dan 114.73, serta support pada 111.11 serta level 110.37. Sementara itu, Aussie dollar terpantau melemah tipis ke level 0.7224. Range minggu ini akan berada di antara resistance level di 0.7361 dan 0.7381, sementara support level di 0.7141 dan 0.7084.

 

Pasar Saham

Untuk pasar saham kawasan, pada minggu lalu di regional Asia umumnya mixed dengan bursa Jepang menguat karena data tenaga kerjanya sedang bursa lainnya tertekan concern terhadap konflik perang dagang AS dengan China. Indeks Nikkei secara mingguan terpantau menguat ke level 24115. Rentang pasar saat ini antara level resistance di level 24125 dan 25000, sementara support pada level 23655 dan lalu 22965. Sementara itu, Indeks Hang Seng di Hong Kong minggu lalu berakhir melemah ke level 27688. Minggu ini akan berada antara level resistance di 28567 dan 28656, sementara support di 26579 dan 26163.

Bursa saham Wall Street minggu lalu terpantau melemah terbatas setelah mencetak rekor minggu lalu oleh concern pasar atas perang dagang AS dan China. Indeks Dow Jones secara mingguan melemah ke level 26455,75, dengan rentang pasar berikutnya antara resistance level pada 26764 dan 26900, sementara support di level 26026 dan 25750. Index S&P 500 minggu lalu melemah tipis ke level 2913,68, dengan berikutnya range pasar antara resistance di level 2940 dan 2975, sementara support pada level 2885 dan 2865.

 

Pasar Emas

Untuk pasar emas, minggu lalu terpantau masih melemah oleh dollar yang perkasa, bertahan di level rendahnya selama 6 minggu terakhir, membukukan loss bulanan terpanjang dalam 20 tahun ini, sehingga harga emas spot turun tipis ke level $1191.56 per troy ons. Untuk sepekan ke depan emas akan berada dengan rentang harga pasar antara resistance di $1213 dan berikut $1234, serta support pada $1187 dan $1159.

 

Memasuki kuartal terakhir akhir tahun, kita mendapati bahwa tahun 2018 kembali merupakan tahun yang penuh dengan gejolak pasar. Amerika di tengah penguatan ekonominya terlibat perang dagang dengan raksasa China, sementara Eropa dan Inggris masih bergumul dengan lambatnya pertumbuhan ekonominya. Di sana-sini juga kerap terjadi kenaikan tensi geopolitik. Harapan baru bagi kita bukanlah tenangnya pasar. Bukan, itu tidak akan pernah terjadi, di samping pasar jadi tidak menarik lagi dalam keserbatenangannya. Harapan itu ada pada penguasaan pengetahuan dinamika pasar yang semakin baik. Untuk hal ini, teman setia investasi Anda siapa lagi kalau bukan vibiznews.com? Perkenankan kami sampaikan terima kasih bagi Anda semuanya, pembaca setia Vibiznews!

 

 

 

 

 

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting Group

Editor: Asido

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here