(Vibiznews – Banking & Insurance) – Saat ini Bank Indonesia (BI) belum mau mengeluarkan angka proyeksi pertumbuhan ekonomi 2019. Dody Budi Waluyo hanya mengatakan proyeksi BI lebih rendah dari sebelumnya, saat beliau menghadiri acara Core Economic Outlook di Graha Niaga, Rabu (21/11).
Dody menjelaskan kebijakan moneter yang dilakukan saat ini dengan menaikkan suku bunga sebanyak 175 bps menjadi 6%, hingga kebijakan B20 sampai penundaan proyek pembangunan infrastruktur, serta pengalihan ekspor minyak mentah ke kilang domestik bertujuan membawa defisit neraca transaksi berjalan (current account defisit/CAD) berada di bawah 3% dari PDB untuk tahun depan.
BI mengakui saat ini fokus utama adalah memerangi CAD. Isu bahwa domestic saving lebih rendah dibandingkan dengan investment rescue , menjadi poin utama dalam kondisi saat ini di mana harga komoditas tidak setinggi tahun lalu.
Kalau pemerintah tidak segera membenahi sektor riil saat kita tumbuh di ekonomi tinggi impor akan tinggi dan bisa terus mendorong CAD.
Meskipun demikian, BI tetap mengatakan defisit ini terbilang sehat karena untuk impor yang mendorong perekonomian. BI menjelaskan, pihaknya bisa saja memotong impor ini untuk mengurangi depresiasi rupiah hanya saja konsekuensinya investasi perlu dikurangi.
Di sisi lain, masalah primary income, bagian dari ekonomi terbuka adalah repatriasi yang terus meningkat. Sedangkan pembiayaan finansial account tidak begitu signifikan.
“Gambaran ini kita harapkan dari sisi pertumbuhan ekonomi bisa tumbuh di kisaran sama dengan 2018,” ungkap Dody. Dalam pemaparan tersebut, Dody memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2018 dikisaran 5,1%.
Lebih lanjut, dari sisi finansial, BI melihat dari non-bank lending. Pada 2018, dia menyebutkan ada sekitar 50 perusahaan memilih sumber dana di luar perbankan sebagai salah satu alternatif.
Ini menggambarkan cost yang lebih baik. Financing 2019 masih cukup tinggi khususnya yang berasal dari perbankan, namun juga non-perbankan.
Ke depan, BI juga mengatakan pemerintah perlu mengatasi permasalahan turunnya industri manufaktur serta mendorong pariwisata. Sedangkan BI akan bermain dalam ranah instrumen kebijakan moneter melalui suku bunga untuk kebijakan jangka pendek.
Dengan menaikkan suku bunga, diharapkan dapat meningkatkan daya tarik surat utang negara (SUN) mau pun surat utang korporasi. Dody menyebutnya sebagai attractive modal masuk ke Indonesia.
Belinda Kosasih/Coordinating Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting
Editor: Asido Situmorang