(Vibiznews – Economy & Business) Pada acara CEO Networking 2018 yang berlangsung hari ini Senin (03/12) di Jakarta, Presiden Joko Widodo mengingatkan bahwa Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Produksi kelapa sawit Indonesia terakhir sekitar 42 juta ton cpo per tahun.
Terkait hal tersebut, maka Presiden Jokowi menyatakan pemerintah sedang terus mengupayakan adanya hilirisasi industri kelapa sawit Indonesia yang menghasilkan solar B20 (Biodiesel 20).
Jika penggunaan B20 ini dimaksimalkan, maka akan jutaan impor biodiesel yang akan dapat dihemat. Jika ini berhasil, maka pemerintah akan terus melanjutkan penggunaan B50, B80, hingga B100. Jika hal ini berjalan, maka akan mengurangi defisit transaksi berjalan Indonesia, demikian ditekankan Presiden Jokowi.
Seperti diberitakan mulai 1 September 2018, pemerintah telah menyebarluaskan bahan bakar Biodiesel 20 (B20) ke berbagai pom bensin Pertamina. Hal ini dilakukan usai diluncurkannya kebijakan Mandatori B20 oleh Pemerintah.
Jika dilansir dari berbagai sumber, maka solar Biodisel 20 adalah bahan bakar alternatif yang dibuat dengan mencampur bahan bakar solar dengan biodisel dari produk pertanian yang bahan dasarnya menggunakan minyak dari kelapa sawit. Jumlah B menunjukkan persentase biodisel, sehingga Biodisel 20 merupakan perpaduan 20% biodisel dan 80% solar minyak bumi.
Pihak Pertamina menyatakan bahwa penggunakan B20 akan membuat mobil diesel jadi lebih hemat serta ramah lingkungan. Dalam pelaksanaan keputusan pemerintah ini, Pertamina tidak mengubah harga sehingga harga B20 tersebut tidak berbeda dengan harga solar saat ini.
Dengan penggunaan biodisel diharapkan bisa memperbaiki neraca perdagangan Indonesia karena bakal mengurangi impor minyak sehingga menghemat devisa. Pemerintah menargetkan dari kebijakan itu dapat menghemat US$2,3 miliar hingga Desember 2018.
Herwantoro/VMN/VBN/Journalist Editor: Asido Situmorang