(Vibiznews – Editor’s Note) – Minggu lalu pasar modal di Indonesia bergerak fluktuatif dan menguat, berada di sekitar level 6 bulan tertingginya, sementara bursa Asia agak variatif karena sentimen yang mixed di antaranya data ekonomi China yang mengkhawatirkan. Secara mingguan IHSG ditutup menguat 0.71% ke level 6,169.843. Untuk minggu berikutnya (17-21 Desember) IHSG kemungkinan akan sempat di persimpangan antara profit taking dengan rebound mengingat posisi 6 bulan tertingginya ini serta window dressing akhir tahun, dengan tetap mengacu kepada fundamental bursa kawasan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance level di 6220 dan kemudian 6360, sedangkan support level di posisi 6069 dan kemudian 5990.
Mata uang rupiah secara mingguan bergerak menguat ke level Rp14,533, meskipun dollar di pasar global cenderung menguat sebagai aset safe haven pilihan investor global. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan berada dalam range antara resistance di level 14,777 dan 14,930, sementara support di level Rp14,210 dan 14,195.
Untuk indikator ekonomi global, pada pekan mendatang ini akan diwarnai sejumlah data ekonomi penting. Secara umum sejumlah agenda rilis data ekonomi global yang kiranya perlu diperhatikan investor minggu ini, adalah:
- Dari kawasan Amerika: berupa rilis data Building Permits pada Senin malam; disambung dengan pengumuman Federal Funds Rate yang diperkirakan akan naik menjadi <2.50% dan rilis FOMC Press Conference pada Kamis dini hari; berikutnya data Core Durable Goods Orders m/m dan Final GDP q/q pada Jumat malam.
- Dari kawasan Eropa dan Inggris: berupa rilis data CPI y/y Inggris pada Rabu sore; selanjutnya pengumuman Official Bank Rate dari MPC BOE Inggris pada Kamis sore yang diperkirakan bertahan di level 1.75%; kemudian data Final GDP pada Jumat sore.
- Dari kawasan Asia Australia: berupa rilis pengumuman BOJ Policy Rate pada Kamis pagi yang diperkirakan bertahan di level -0.10%; diikuti dengan BI 7-Day Repo Rate pada Kamis sore yang diperkirakan bertahan di level 6.0%.
Pasar Forex
Minggu lalu di pasar forex, mata uang dollar menguat, sempat mencapai 19 bulan tertingginya, karena investor global cenderung memilih dollar sebagai safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi dan politik global, dimana indeks dolar AS secara mingguan menguat ke 97.44. Sementara itu, pekan lalu Euro terhadap dollar terpantau melemah tipis ke 1.1304. Untuk minggu ini, nampaknya euro akan berada antara level resistance pada 1.1477 dan kemudian 1.1499, sementara support pada 1.1214 dan 1.1118.
Poundsterling minggu lalu terlihat turun ke level 1.2580 terhadap dollar. Untuk minggu ini pasar berkisar antara level resistance pada 1.2937 dan kemudian 1.3174, sedangkan support pada 1.2480 dan 1.2365. Untuk USDJPY minggu lalu berakhir menguat ke level 113.35. Pasar di minggu ini akan berada di antara resistance level pada 114.03 dan 114.20, serta support pada 112.23 serta level 111.37. Sementara itu, Aussie dollar terpantau melemah ke level 0.7175. Range minggu ini akan berada di antara resistance level di 0.7393 dan 0.7452, sementara support level di 0.7020 dan 0.6826.
Pasar Saham
Untuk pasar saham kawasan, pada minggu lalu di regional Asia umumnya mixed karena kombinasi data ekonomi China yang lemah dan kabar meredanya tensi perang dagang AS – China dalam perundingan yang sedang berlangsung. Indeks Nikkei secara mingguan terpantau melemah tipis ke level 21635. Rentang pasar saat ini antara level resistance di level 22695 dan 23050, sementara support pada level 21060 dan lalu 20970. Sementara itu, Indeks Hang Seng di Hong Kong minggu lalu berakhir menguat ke level 26073. Minggu ini akan berada antara level resistance di 27270 dan 28012, sementara support di 25010 dan 24525.
Bursa saham Wall Street minggu lalu terpantau melemah terutama Dow Jones lagi, terpukul data ekonomi yang lemah dari China dan Eropa yang memicu kekhawatiran terhadap pelambatan pertumbuhan ekonomi global. Indeks Dow Jones secara mingguan melemah signifikan ke level 24095.97, dengan rentang pasar berikutnya antara resistance level pada 25090 dan 25975, sementara support di level 23880 dan 23344. Index S&P 500 minggu lalu naik tipis ke level 2650,80, dengan berikutnya range pasar antara resistance di level 2792 dan 2816, sementara support pada level 2583 dan 2532.
Pasar Emas
Untuk pasar emas, minggu lalu terpantau melemah ke satu minggu terendahnya oleh menguatnya dollar menjelang pertemuan the Fed minggu depan, sehingga harga emas spot melemah ke level $1237.93 per troy ons. Untuk sepekan ke depan emas akan berada dengan rentang harga pasar antara resistance di $1250 dan berikut $1265, serta support pada $1211 dan $1195.
Pasar yang naik turun terkadang memberikan sinyal ketidakjelasan pasar. Ini menimbulkan juga kebingungan keputusan investasi yang tepat pada saat ini. Sebagian investor kemudian memilih undur dulu dari pasar, di mana adakalanya kemudian terlambat ambil keputusan sehingga kehilangan kesempatan berharga yang jarang datang dalam dunia investasi. Yang lain, memanfaatkan situasi dengan “choppy trading” sehubungan dengan pasar yang berfluktuasi. “Kejelasan” menjadi kata kunci yang ditunggu banyak investor dewasa ini. Jika itu kebutuhan Anda, tengoklah kepada Vibiznews.com, media investasi online dalam negeri dengan global coverage yang detail tiap harinya. Simak terus ulasan berita, analisis dan rekomendasi instan yang selalu tersedia. Sekali lagi disampaikan terima kasih bagi Anda yang terus bersama kami, partner sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting Group
Editor: Asido