(Vibiznews – Commodity) – Kondisi perdagangan kakao atau biji cokelat dunia awal tahun 2019 yang dijual pasar komoditas internasional New York hari Rabu (02/01) yang berakhir Kamis (03/01) suram kembali dengan harganya turun dari harga tertinggi 5-1/2 bulan karena tanda-tanda output kakao yang lebih besar di Pantai Gading, produsen kakao terbesar di dunia.
Investor melakukan tekanan jual setelah laporan pemerintah Pantai Gading menunjukkan bahwa petani Pantai Gading mengirim 989.447 MT kakao ke pelabuhan selama 1 Oktober – 30 Desember, atau naik 10,9% dari yang sama waktu tahun lalu. Namun turunnya harga dibatasi oleh tanda-tanda output kakao yang lebih kecil dari Ghana, produsen kakao terbesar kedua di dunia, setelah Dewan Kakao Ghana melaporkan pembelian kakao dari petani kakao Ghana mencapai 410.319 MT selama sebelas minggu pertama panen mulai 5 Oktober – 21 Desember, turun 5,7% y/y.
Perdagangan akhir tahun 2018 harga kakao naik ke tertinggi 5-1/2 bulan karena kekhawatiran panen di Afrika Barat mendorong pembelian dana kakao. Petani kakao di Ghana khawatir tentang wabah ulat pemakan polong, dan Radiant Solutions mengatakan pertumbuhan pertengahan panen akan minimal untuk tanaman kakao karena kondisi cuaca di seluruh Pantai Gading dan Ghana telah sangat kering.
Harga kakao berjangka untuk kontrak paling ramai yaitu bulan Maret di ICE New York turun 22 atau 0,91 persen pada posisi $2.394 per ton. Untuk harga kakao di bursa London turun 3 atau 0,17 persen pada posisi 1,763 pound per ton.
Untuk perdagangan selanjutnya harga kakao berjangka yang diperdagangkan di bursa New York malam nanti diperkirakan turun kembali oleh sentimen pasokan cocoa di Pantai Gading.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Group Editor: Asido Situmorang