(Vibiznews – Commodity) – Harga kopi Arabika yang diperdagangkan di bursa komoditas ICE New York hari Selasa yang berakhir hari Rabu (09/01) ditutup meningkat dari perdagangan sebelumnya. Demikian juga perdagangan kopi robusta di ICE London rebound.
Harga kopi Arabika menguat hingga ke level tertinggi 1 bulan mendapat sentimen dari penguatan mata uang Real Brasil terhadap dolar yang menghambat ekspor oleh produsen kopi Brasil. Faktor pendukung lain yang mengangkat harga kopi adalah kekhawatiran tanaman kopi di Brasil.
Investor khawatir oleh laporan Somar Meteorolgia menunjukkan curah hujan di Minas Gerais, wilayah penanaman kopi arabika terbesar di Brasil, diukur 53,2 mm dalam sepekan terakhir, hanya 85% dari rata-rata historis.
Selain itu, data dari Columbia, produsen arabika terbesar kedua di dunia, menunjukkan bahwa produksi kopi Columbia 2018 turun -4,5% y/y menjadi 13,6 juta kantong dan bahwa ekspor kopi Columbia 2018 turun -1,4% y/y menjadi 12,8 juta kantong.
Namun di awal sesi harga sempat turun setelah Organisasi Kopi Internasional (ICO) melaporkan ekspor kopi global 2018/19 Oktober-November naik 13% y/y menjadi 20,6 juta kantong. Prospek rekor panen kopi di Brasil dan kelebihan pasokan global adalah faktor bearish utama untuk harga kopi.
Untuk kenaikan harga kopi robusta mendapat dukungan pada tanda-tanda pasokan yang lebih kecil setelah eksportir kopi top Vietnam, dimana Intimex Group memperkirakan ekspor kopi robusta Desember Vietnam akan mencapai 140.000 kantong, turun 11% y/y.
Harga kopi arabika untuk kontrak paling besar yaitu Maret 2019 bursa New York ditutup naik 2,30 atau 2,24% pada posisi $105,05 per lb. Namun untuk harga kopi robusta kontrak bulan Januari naik 14 atau 0,91% pada posisi $ 1558 per ton.
Untuk perdagangan selanjutnya hingga sesi Amerika malam nanti, analis Vibiz Research Center memperkirakan harga kopi arabika secara teknikal dapat terkoreksi oleh profit taking.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Group Editor: Asido Situmorang