(Vibiznews – Commodity) Harga minyak mentah yang diperdagangkan di Asia jelang akhir sesi pada hari Jumat (11/01) bergerak menuju ke posisi tertinggi dalam 3 pekan oleh ekspektasi batasan produksi minyak oleh beberapa produsen minyak dunia. Namun diawal sesi Asia sempat melemah terpengaruh sentimen terganggunya pertumbuhan ekonomi global pasca belum ada resolusi yang konkret krisis dagang AS-China.
Harga minyak mentah acuan internasional yaitu minyak Brent berjangka sedang turun 0,31 persen atau 19 sen pada posisi $61,38 per barel. Demikian juga dengan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS berada di $52,48 per barel atau sedang turun 1 sen, atau 0,19 persen.
Harga minyak mentah AS telah naik hampir 9% minggu ini, dan harga minyak Amerika berada di jalur kenaikan mingguan terbesar mereka dalam lebih dari dua tahun. Arab Saudi terus berupaya untuk meningkatkan harga minyak mentah, karenanya ikut memangkas produksinya.
Berita terbarunya selain negara OPEC lainnya akan memangkas produksi, demikian juga Norwegia akan mengurangi harga mereka dan tingkat produksi minyak ke posisi terendah tiga puluh tahun.
Perwakilan dagangan AS-China telah melakukan perundingan selama 3 hari di Beijing namun berita yang muncul belum ada solusi konkret. Kementerian Perdagangan China mengatakan pembicaraan itu sudah membentuk dasar untuk penyelesaian masalah masing-masing. Namun pasar melihat rincian penyelesaian masalah utamanya belum terlihat.
Untuk pergerakan selanjutnya, analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga minyak berpotensi turun terpicu peningkatan pasokan AS. Harga minyak diperkirakan bergerak dalam kisaran Support $ 51,30-$ 52,00, namun jika naik akan bergerak dalam kisaran Resistance $ 52,90-$ 53,00.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Group Editor: Asido Situmorang