(Vibiznews – Banking) – Di awal tahun 2019, OJK (Otoritas Jasa Keuangan) memproyeksikan pertumbuhan kredit pada industri perbankan 2019 akan bertumbuh di kisaran 13% plus minus 1%, atau 12%-14%. Adapun Non Performing Loan (NPL) diperkirakan ada di kisaran 2,2%-3% . Sedangkan, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) ditargetkan meningkat di kisaran 8%-10%.
Ketua OJK Wimboh Santoso mengatakan dari rencana bisnis bank (RBB) perbankan menargetkan pertumbuhan kredit 2019 di atas 12% dan DPK 11,49%, demikian disampaikan dalam Pertemuan Tahunan Industri Keuangan OJK kepada media masa (11/01).
Sementara itu, untuk tahun 2018 pertumbuhan kredit perbankan tercatat sebesar 12,88%. Terdiri dari kredit bank domestik yang tumbuh 11,73% dan kredit dari bank di luar negeri tumbuh 35,3%. Pertumbuhan ini bisa dikatakan meningkat signifikan dibandingkan 2017 dan sesuai dengan target bank di kisaran 10%-12%, jelas Wimboh.
Dalam pertemuan tersebut, Ketua OJK menyatakan optimismenya terhadap industri jasa keuangan dengan kolaborasi dan menjaga momentum pertumbuhan yang ada, “Mengingat melandainya Fed Fund Rate dari sebelumnya. Kami juga melihat capital inflow kembali lagi kepada emerging market, termasuk Indonesia,” imbuh Wimboh lagi.
Di tempat lain, sebelumnya, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memperkirakan penyaluran kredit perbankan tahun 2019 ini akan tumbuh 12,4%, atau cenderung stagnan dibanding tahun 2018.
Dalam paparan kepada media (10/01), LPS menyebutkan prediksi kredit yang melandai adalah akibat dari pertumbuhan kredit investasi dan kredit modal kerja yang diperkirakan tumbuh melambat di paruh pertama 2019. Ini lantaran gelaran Pemilihan Umum. Aktivitas bisnis diperkirakan akan melambat seiring pelaku usaha menunggu hasil pemilu.
Analis Vibiznews juga dalam hal ini cenderung melihat kemungkinan stagnasi penyaluran kredit di semester pertama 2019. Penyelenggaraan Pemilu yang biasanya menaikkan tensi politik kemungkinan akan mengerem dinamika pertambahan kontrak bisnis baru, serta penyaluran kreditnya. Usai pilpres pun, di bulan April nanti, para pelaku bisnis akan secara hati-hati mengkaji bagaimana strategi investasi berikutnya dari pemenang Pemilu, atau sektor mana yang jadi fokusnya ke depan?
Itu sebabnya, bila pemenang Pemilu nanti melanjutkan strategi pembangunan infrastruktur yang sudah dikenal pelaku bisnis dewasa ini, dapat diduga akan terjadi lompatan dinamika bisnis yang positif, dan karenanya dapat mendongkrak permintaan serta penyaluran kredit perbankan. Sebagaimana diketahui, bila pembangunan infrastruktur dilanjutkan, lalu efek multiplier ke bawahnya makin terasa, tentunya itu akan memicu kebutuhan kredit yang kuat. Semua segmen kredit perbankan dapat terpicu, dari korporasi, komersial, retail, konsumen, sampai kepada mass market.
Sepertinya, itu yang akan cenderung terjadi. Dengan catatan, pemerintahan nanti adalah yang pro infrastruktur kembali.
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting Group
Editor: Asido