(Vibiznews – Commodity) –Harga minyak mentah pada perdagangan komoditas sesi Amerika awal pekan memangkas kerugian diawal sesi pada hari Senin (14/01), tetapi tetap di bawah tekanan setelah data menunjukkan melemahnya impor dan ekspor di China, konsumen minyak terbesar kedua di dunia, meningkatkan prospek perlambatan permintaan bahan bakar.
Ekspor China turun paling banyak dalam dua tahun pada Desember sementara impor mengalami kontraksi, menunjukkan kelemahan lebih lanjut dalam apa yang juga merupakan ekonomi terbesar kedua di dunia.
Harga minyak mentah Brent, minyak patokan internasional turun 10 sen menjadi $ 60,28 per barel, sedangkan harga minyak mentah berjangka WTI AS naik 6 sen menjadi $ 51,65.
Terlepas dari kekhawatiran tentang harga kedepannya, ada sedikit tanda bahwa permintaan minyak China telah melemah. Impor minyak mentah China pada bulan Desember melonjak hampir 30 persen dari tahun sebelumnya.
Harga minyak mendapat dukungan dari pemotongan pasokan yang dipimpin oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu non-OPEC, termasuk Rusia.
Kelompok produsen OPEC sepakat pada bulan Desember untuk memangkas produksi minyak sebesar 1,2 juta barel per hari mulai Januari untuk mencegah kelebihan pasokan dan mendorong kenaikan harga.
Dengan kenaikan harga minyak Brent dari penurunan di bawah $50 pada bulan Desember, para pejabat OPEC tampak lebih percaya diri bahwa kenaikan harga akan didukung oleh penurunan output pada Januari dari yang sudah ditetapkan opec.
Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih mengatakan pada hari Minggu bahwa pasar minyak berada di jalur yang benar dan tidak ada kebutuhan untuk pertemuan OPEC yang luar biasa sebelum pertemuan yang direncanakan berikutnya pada bulan April.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Group Editor: Asido Situmorang