Kompetisi Likuiditas Perbankan Kian Ketat dengan SBR, Tantangan Baru Menyikapinya

663

(Vibiznews – Banking) – Isyu tantangan likuiditas perbankan di tahun 2019 nampaknya semakin ketat. Persaingan saat ini terjadi baik antar bank, maupun juga dengan semakin beragamnya instrumen keuangan yang tersedia di pasar. Termasuk yang berisiko rendah karena diterbitkan oleh pemerintah, di antaranya saving bond ritel (SBR).

Saving Bond Ritel seri 005 (SBR005) yang dirilis pada 10 Januari lalu menawarkan bunga minimum yang menarik yakni 8,15%. Sepanjang tahun 2019 ini, pemerintah rencananya akan melakukan penerbitan SBN Ritel sebanyak sepuluh kali dengan target penerbitan sebesar Rp 80 triliun.

Penerbitan SBN Ritel disebutkan akan terdiri dari 8 instrumen yang non-tradable, terdiri dari 4 Saving Bond Ritel (SBR) dan 4 Sukuk Tabungan (ST). Sisanya, 2 instrumen yang tradable yaitu masing-masing satu Obligasi Ritel Indonesia (ORI) dan Sukuk Ritel Indonesia (Sukri).

Pemerintah dalam penerbitan SBN Ritel menargetkan investor ritel, khususnya generasi milenial, agar bisa ikut memperkuat pembiayaan pembangunan nasional.

Produk-produk SBN yang menawarkan bunga yang menarik, bersaing dengan deposito, serta berisiko rendah menjadi satu pesaing kuat dalam pengumpulan dana bagi perbankan. Beberapa waktu lalu Presdir BCA pernah menyebutkan kepada media bahwa setiap kali pemerintah merilis SBN, sekitar 30%-40% dana beralih dari bank.

Menghadapi tantangan likuditas tersebut, perbankan harus sigap menyikapinya. Direktur Bank BTN, misalnya, menyebutkan akan mendorong masyarakat calon pembeli SBN untuk menggunakan uang di luar dana perbankan, atau ‘fresh money’. Di samping itu, guna menjaga likuiditas bank jangka pendek, BTN dikabarkan akan merilis kembali negotiable certificate of deposit (NCD) dalam waktu dekat, demikian info kepada media belum lama ini.  Pada November 2018 lalu, BTN telah sempat merilis NCD tahap III/2018 dengan nilai total Rp 2,02 triliun.

 

Analis Vibiznews melihat produk SBR –sebagai bagian dari SBN Ritel – yang diterbitkan 4 kali di tahun ini bakal memperketat persaingan likuiditas. Perbankan karenanya ditantang untuk lebih kreatif dalam menggalang pertumbuhan DPK. Selain produk DPK tradisional –deposito, tabungan dan giro- perbankan perlu mengembangkan lagi produk-produk bundling yang menguatkan benefit bagi pemilik dana. Itu bisa bersifat tambahan manfaat manajemen risiko, investasi, fleksibilitas produk, ataupun kemudahan lainnya bagi nasabah.

Di samping itu, SBR pun bisa menjadi aset investasi pilihan di periode yang dipandang investor retail sebagai diwarnai ketidakpastian, seperti di tahun politik ini, khususnya menjelang pilpres. Investasi berisiko di pasar modal dan property agaknya akan bersaing dengan permintaan instrumen terbitan pemerintah ini. Kita akan lihat perkembangan di pasar berikutnya.

 

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting Group

Editor: Asido

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here