(Vibiznews – Commodity) – Harga gula berjangka yang diperdagangkan di bursa komoditas internasional ICE New York berhasil mencapai posisi tertinggi 2-1/4 bulan pada penutupan hari Rabu yang berakhir hari Kamis (17/01). Namun untuk gula berjangka di bursa London retreat.
Masih tingginya harga gula masuki hari kedua berturut mendapat sentimen tanda-tanda bahwa ekspor gula dari India, produsen gula terbesar kedua di dunia, dapat berkurang setelah Kantor Perdana Menteri India mengatakan sedang mempertimbangkan untuk menaikkan harga jual minimum gula menjadi 31 rupee/kg dari 29 rupee/kg, yang dapat membatasi ekspor gula India. Juga, peneliti Marex Spectron memangkas estimasi ekspor gula India 2018/19 menjadi 2,8 MMT dari estimasi November 3,0 MMT.
Penurunan harga gula di London karena pelemahan harga minyak mentah, yang negatif untuk harga etanol. Harga etanol yang lebih lemah dapat mendorong pabrik-pabrik gula Brasil untuk mengalihkan lebih banyak penghancuran tebu ke arah produksi gula daripada etanol, sehingga meningkatkan pasokan gula.
Harga gula mentah akhir perdagangan bursa New York sedang naik 0,01 atau 0,08% pada harga $ 13,17 per lb untuk kontrak berjangka Maret 2019. Demikian juga dengan harga gula putih kontrak Maret yang terpantau di bursa London sekarang sedang turun 1,40 atau 0,28% pada harga $353.80.
Sentimen positif untuk harga gula masih mampu melajukan harga setelah UNICA melaporkan produksi gula Brasil pusat selatan 2018/19 hingga Desember turun -26,5% y/y di 26,339 MMT, dengan persentase tebu yang digunakan untuk etanol di 65,53% (naik dari 53,07% tahun lalu) dan persentase tebu digunakan untuk gula sebesar 35,47% (turun dari 46,93% tahun lalu).
Untuk perdagangan selanjutnya hingga sesi Amerika malam nanti, analis Vibiz Research Center memperkirakan secara teknikal harga gula berpotensi retreat oleh profit taking pasar.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Group Editor: Asido Situmorang