(Vibiznews – Banking) – Bank Indonesia dalam survey terkininya menyebutkan pada triwulan 1-2019, pertumbuhan triwulanan kredit baru diprakirakan melambat sesuai dengan polanya. Hal ini tercermin dari SBT (saldo bersih tertimbang) permintaan kredit baru sebesar 50,0%, lebih rendah dibandingkan 71,7% pada triwulan sebelumnya, demikian penjelasan BI dalam Survey Perbankan per triwulan keempat 2018 baru-baru ini (16/02).
Dalam survey ini, BI menemukan bahwa responden menyampaikan bahwa prakiraan melambatnya pertumbuhan kredit pada triwulan 1-2019 didorong oleh rendahnya kebutuhan pembiayaan nasabah pada awal tahun.
Prioritas utama responden dalam penyaluran kredit baru triwulan 1-2019 adalah kredit modal kerja, diikuti oleh kredit investasi dan kredit konsumsi. Pada jenis kredit konsumsi, penyaluran kredit kepemilikan rumah/apartemen masih menjadi prioritas utama, diikuti oleh penyaluran kredit multiguna dan kredit kendaraan bermotor.
Selain itu, Survei Perbankan Bank Indonesia mengindikasikan pertumbuhan triwulanan kredit baru pada triwulan IV-2018 meningkat dibandingkan periode sebelumnya. Hal ini tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) permintaan kredit baru sebesar 71,7%, lebih tinggi dibandingkan 21,2% pada triwulan sebelumnya.
Meningkatnya pertumbuhan permintaan kredit baru terjadi pada semua jenis penggunaan kredit, terindikasi dari kenaikan SBT permintaan kredit modal kerja dari 69,8% menjadi 77,0%, kredit investasi dari 68,9% menjadi 83,1%, dan kredit konsumsi dari 26,8% menjadi 28,0%.
Selanjutnya BI menambahkan, secara sektoral, pertumbuhan permintaan kredit baru pada triwulan IV-2018 terjadi pada 16 sektor ekonomi. Kenaikan terbesar pada sector pertanian, perburuan & kehutanan, diikuti oleh sektor perdagangan besar & eceran, dan sektor konstruksi. Sementara itu berdasarkan jenisnya, pertumbuhan pada kredit konsumsi terutama didorong oleh naiknya permintaan kartu kredit dan kredit kepemilikan rumah/apartemen (KPR/KPA).
Analis Vibiznews melihat perlambatan pertumbuhan kredit di triwulan pertama tahun 2019 ini kemungkinan tidak hanya karena pola tahunannya saja, dimana biasanya memang kredit produktif (KI dan KMK) belum langsung panas permintaannya. Tetapi juga, situasi hangatnya politik bisa menjadi pemicu tambahan untuk kredit baru ditunda sampai selesai pemilu.
Unsur “wait and see” biasanya agak dominan di antara nasabah pengusaha. Pengusaha memilih bersikap lebih konservatif, dan untuk sementara menaruh dananya di beberapa instrumen keuangan yang relatif aman dan dengan imbal hasil yang masih menarik, misalnya ke SBN yang sedang gencar ditawarkan pemerintah.
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting Group
Editor: Asido