(Vibiznews – Commodity) – Harga gula berjangka yang diperdagangkan di bursa komoditas internasional ICE New York dan London pada penutupan hari Kamis yang berakhir hari Jumat (25/01) ditutup lebih tinggi oleh karena tanda-tanda produksi gula yang lebih minim di Brasil.
Sentimen positif datang setelah Unica melaporkan produksi gula Tengah-Selatan 2018/19 hingga pertengahan Januari turun 26,5% y/y pada 26,350 MMT, dengan persentase tebu yang digunakan untuk produksi gula turun menjadi 35,5% dari 46,9% tahun lalu dan persentase tebu yang digunakan untuk produksi etanol naik menjadi 64,5% dari 53,1% tahun lalu.
Namun kenaikan harga dibatasi oleh Real Brasil yang melemah terhadap dolar, sehingga mendorong ekspor oleh produsen gula Brasil. Selain itu, Petrobas juga memotong harga bensin menjadi 1.5104 real/liter dari 1.5491 real/liter, yang negatif untuk harga etanol dan dapat mendorong produsen gula Brasil untuk mengalihkan lebih banyak penghancuran tebu ke arah produksi gula dari produksi etanol.
Harga gula mentah akhir perdagangan bursa New York sedang naik 0,01 atau 0,08% pada harga $ 12,98 per lb untuk kontrak berjangka Maret 2019. Demikian juga dengan harga gula putih kontrak Maret yang terpantau di bursa London sekarang sedang naik 0,50 atau 0,14% pada harga $351.20.
Sebagai faktor pendukung kenaikan harga gula yaitu laporan Asosiasi Pabrik Gula India pada hari Selasa memangkas estimasi produksi gula 2018/19 untuk India, produsen gula terbesar kedua di dunia, menjadi 30,7 MMT dari perkiraan 31,75 MMT Oktober. Dan juga laporan Administrasi Umum Bea Cukai Cina bahwa impor gula 2018 Cina naik 22% y/y menjadi 2,8 MMT.
Untuk perdagangan selanjutnya hingga sesi Amerika malam nanti, analis Vibiz Research Center memperkirakan secara teknikal harga gula berpotensi naik kembali oleh proyeksi penguatan Real Brasil.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Group Editor: Asido Situmorang