Arah Tren Inovatif Industri Fintech Global; Di Mana Posisi Perbankan Indonesia?

1531

(Vibiznews – Banking) – Kita semua meyadari bahwa fintech telah melakukan disrupsi terhadap sektor perbankan dan layanan keuangan tradisional, yaitu dengan sejumlah inovasi teknologi yang kuat dan kemampuan eksekusi yang cepat.

Seiring perkembangan teknologi, gerakan inovasi ini tidak terbendung lagi. Lalu, akan ke mana tren inovasi selanjutnya?

Baru-baru ini satu media teknologi, Entrepreneur India, melansir beberapa ide inovatif yang diprediksi akan mewarnai ruang fintech di tahun ini dan waktu mendatang, dalam artikel “Five Innovative Trends of the Fintech Industry” (2/02).

Berikut ini lima tren teratas yang terlihat akan menjadi tren di industri fintech.

1. Digital-only Banks, atau perbankan berbasis hanya digital.

Digitalisasi yang cepat dari industri fintech telah mengubah pola pikir nasabah dari perbankan konvensional ke perbankan digital.

Konsumen atau nasabah tidak harus mendatangi gedung bank lagi. Mereka lebih suka menggunakan layanan online untuk kenyamanan dan kelancaran.

Menurut survei dari PwC, disebutkan 49 persen nasabah bank sekarang melakukan aktivitas perbankan mereka terutama di desktop atau smartphone mereka. Sesuai riset sejumlah perusahaan pengembang perangkat lunak mobile, kunjungan pelanggan ke cabang-cabang bank diperkirakan akan turun 36 persen di periode antara 2017 dan 2022, sementara transaksi mobile diperkirakan akan tumbuh 121 persen pada periode yang sama.

2. Otomatisasi Fungsi Bisnis.

Perusahaan Fintech telah mentransformasi berbagai fungsi bank pada umumnya, seperti pemberian kredit, pembayaran, asuransi, pelunasan kredit, dll. Industri perbankan telah menyadari perlunya otomatisasi fungsi bisnis dan proses operasional back-end.

Mengacu kepada laporan dari PwC berjudul “Financial services technology 2020 and beyond: Embracing disruption”, investasi global di sektor Fintech telah melampaui angka US$ 12 Miliar (sekitar Rp168 triliun). Perusahaan-perusahaan jasa keuangan sekarang bekerja sama dengan beragam perusahaan Fintech untuk suatu transformasi digital pada seluruh proses dari menarik pelanggan sampai membukukan kredit, dari pencairan pinjaman sampai melakukan koleksi tagihan.

Selain itu, perusahaan fintech juga memungkinkan manajemen program yang berkesinambungan dan membawa pemasaran yang didukung oleh kemampuan analisis data berbasis AI (artificial intelligence). Ini memungkinkan menarik pelanggan secara digital, meningkatkan pembelian berulang, dan sekaligus mempertahankan nasabah.

3. Asisten Digital didukung AI.

Kecerdasan Buatan (AI – Artificial Intelligence) mengubah cara perusahaan fintech dalam melayani pelanggan mereka. Sekarang, voice assistants sedang dikembangkan untuk mengotomatisasi proses dari mencari nasabah hingga proses engagement dan renewal pelanggan.

Disebutkan bahwa Bank OCBC baru-baru ini bermitra dengan Google untuk meluncurkan AI-powered voice banking (perbankan suara berbasis AI) yang pertama di Singapura. Chatbots juga sudah mendapatkan popularitas dengan memungkinkan nasabah untuk mengobrol dengan robot secara langsung dan mendapatkan jawaban yang akurat. Aplikasi ini juga dapat digunakan untuk mendeteksi penipuan.

4.  Internet of Payments (Internet Pembayaran)

Revolusi smartphone dan penetrasi internet telah mengubah perbankan, pembayaran, dan transfer uang.

Diuraikan bahwa menurut Gartner, jumlah perangkat yang terhubung ke Internet of Things (IoT) diperkirakan akan mencapai 20,8 miliar pada tahun 2020. Perusahaan Fintech akan menciptakan ekosistem yang kuat yang akan mengintegrasikan IoT dengan kebutuhan perbankan dan pembayaran. Konsumen semakin mengharapkan perangkat IoT mereka untuk dapat memfasilitasi pembayaran. Perusahaan Fintech memungkinkan pembayaran melalui berbagai jenis perangkat pintar.

5. Solusi Keamanan Data

Digitalisasi, keamanan, dan privasi telah menjadi perhatian utama industri fintech. Sesuai dengan studi Fiserv baru-baru ini, 57 persen nasabah yang belum menggunakan mobile banking menyebut “masalah keamanan” sebagai alasan utama mereka.

Itu sebabnya, perlindungan data dan privasi akan terus menjadi pusat dari evolusi teknologi dalam industri fintech. Perusahaan Fintech akan sangat berhati-hati saat menangani informasi Identifikasi pribadi (Personally Identifiable Information – PII) seorang pelanggan. Perusahaan-perusahaan ini akan memanfaatkan teknologi untuk memastikan keamanan dan kerahasiaan data yang telah dikoleksi, demikian dilansir dari Entrepreneur India (2/02).

 

Untuk industri perbankan di Indonesia, analis Vibiznews melihat bahwa tren digitalisasi tidak dapat ditahan lagi. Perbankan harus segera mengadopsi aplikasi digital banking. Mengutip pandangan pejabat OJK beberapa waktu lalu kepada pers, disebutkan setidaknya sudah ada 80 bank di Indonesia yang mencoba melakukan pelayanan digital banking untuk para nasabahnya. Namun demikian, baru ada dua bank yang disebutkan sudah benar-benar menerapkan layanan digital banking ini secara menyeluruh, yaitu Bank BTPN, melalui aplikasi digital Jenius, dan Bank DBS Indonesia melalui aplikasi Digibank.

Sementara itu, Vibiznews juga melihat beberapa bank besar di Indonesia yang telah menggunakan robot AI dalam membantu para nasabahnya, yaitu dengan teknologi chatbot atau layanan pesan yang dijawab oleh robot. Di sini nasabah akan dilayani jika ingin menanyakan sesuatu atau mengajukan keluhan.

Sebut saja misalnya, Bank BRI yang memiliki Sabrina, singkatan dari Smart BRI New Assistant. Lalu, Bank BCA yang memiliki Vira, kepanjangan dari Virtual Assistant Chat Banking BCA). Sementara, dari Bank BNI memiliki CINTA, atau Chat with your INTelligent Advisor. Demikian juga dari Bank Mandiri ada MITA, yaitu Mandiri Intelligence Assistant.

Dari sini memang bisa dilihat bahwa perbankan digital itu suatu keharusan, jika bank tidak ingin tertinggal.

 

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting

Editor: Asido

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here