(Vibiznews – Commodity) – Harga kakao berjangka yang diperdagangkan di bursa ICE New York hari Selasa yang ditutup hari Rabu (06/02) turun dari posisi tinggi sepekan yang dicapai perdagangan sebelumnya. Namun untuk harga kakao di ICE London naik ke puncak tinggi 2 pekan.
Harga kakao di Amerika bergerak lebih rendah karena produksi kakao global yang kuat setelah data dari Ghana, produsen kakao terbesar kedua di dunia, menunjukkan output yang kuat karena Dewan Kakao Ghana melaporkan bahwa pembelian kakao dari petani kakao Ghana naik 10,8% y/y ke 618.520 MT selama enam belas minggu pertama panen mulai 5 Oktober – 24 Januari.
Juga data dari Pantai Gading, produsen kakao terbesar di dunia, menunjukkan bahwa petani Pantai Gading mengirim 1.366 MMT kakao ke pelabuhan selama 1 Oktober-3 Februari yang naik 9,6% dari waktu yang sama tahun lalu.
Kenaikan harga kakao di ICE London ke tertinggi 2 minggu setelah kurs poundsterling pada GBPUSD turun ke terendah 1-1/2 minggu, karena kakao London dihargai dalam pound Inggris.
Harga kakao berjangka untuk kontrak paling ramai yaitu bulan Maret di ICE New York turun 9 sen atau 0,40 persen pada posisi $2219 per ton. Untuk harga kakao di bursa London naik 38 atau 2.33% berada pada posisi 1671 pound per ton.
Sentimen negatif yang menekan pasar kakao yaitu meningkatnya pasokan kakao dunia setelah stok kakao yang disimpan di gudang pelabuhan yang dipantau oleh ICE naik ke level tertinggi 2-3/4 bulan dari 3,671 juta kantong pada hari Selasa.
Namun pasar kakao masih memiliki dukungan mendasar dari permintaan global yang kuat dengan pemrosesan kakao Q4 Amerika Utara naik 1,2% menjadi 117.526 MT (laporan 18 Jan), penggilingan kakao Eropa Q4 naik 1,6% y/y menjadi 359.103 MT (laporan 16 Jan), dan Penggilingan kakao Asia Q4 naik 6,3% y/y menjadi 208.900 MT.
Untuk perdagangan selanjutnya harga kakao berjangka yang diperdagangkan di bursa London akhir sesi pada esok hari diperkirakan dapat bangkit kembali secara teknikal oleh pelemahan lanjutan poundsterliing dan untuk kakao New York diperkirakan meningkat oleh pelemahan dolar.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Group Editor: Asido Situmorang