(Vibiznews – Editor’s Note) – Minggu lalu IHSG di pasar modal Indonesia bergerak melemah, bersama dengan terkoreksinya rupiah, di tengah sentimen negatif dari bursa kawasan Asia yang mengkhawatirkan ketidakjelasan negosiasi dagang AS – China. Secara mingguan IHSG ditutup melemah 0.17% ke level 6,521.663, di bawah dari 10 bulan tertingginya. Untuk minggu berikutnya (11-15 Februari 2019), IHSG terlihat masih di garis uptrend setelah aksi profit taking sempat menghadang, dengan tetap mengacu kepada fundamental bursa kawasan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance level di 6581 dan kemudian 6607, sedangkan support level di posisi 6428 dan kemudian 6302.
Mata uang rupiah secara mingguan melemah tipis 0.07% ke level 13,965, sementara dollar di pasar global menguat dalam pelemahan mata uang Eropa. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan berada dalam range antara resistance di level 14,132 dan 14,230, sementara support di level Rp13,890 dan Rp13,832.
Untuk indikator ekonomi global, pada pekan mendatang ini akan diwarnai sejumlah data ekonomi penting. Secara umum sejumlah agenda rilis data ekonomi global yang kiranya perlu diperhatikan investor minggu ini, adalah:
- Dari kawasan Amerika: berupa rilis pidato Fed Chair Powell pada Selasa dini hari; disambung dengan rilis data Core CPI m/m pada Rabu malam; berikutnya data Core Retail Sales m/m pada Kamis malam; diakhir dengan rilis Prelim UoM Consumer Sentiment pada Jumat malam.
- Dari kawasan Eropa dan Inggris: berupa rilis data GDP m/m dan Manufacturing Production m/m Inggris pada Senin sore; diikuti dengan rilis pidato BOE Governor Carney pada Selasa malam; ditutup dengan data Retail Sales m/m Inggris pada Jumat sore .
- Dari kawasan Asia Australia: berupa rilis pengumuman RBNZ Rate Statement (New Zealand) pada Rabu pagi yang diperkirakan bertahan di level 1.75%.
Pasar Forex
Minggu lalu di pasar forex, mata uang dollar secara umum menguat selama seminggu oleh meningkatnya permintaan dollar sebagai safe haven ditambah melorotnya euro karena prospek kawasan yang suram, dimana indeks dolar AS secara mingguan menguat ke 96.42. Sementara itu, pekan lalu Euro terhadap dollar terpantau melemah ke 1.1328. Untuk minggu ini, nampaknya euro akan berada antara level resistance pada 1.1514 dan kemudian 1.1569, sementara support pada 1.1288 dan 1.1269.
Poundsterling minggu lalu terlihat melemah ke level 1.2936 terhadap dollar. Untuk minggu ini pasar berkisar antara level resistance pada 1.3216 dan kemudian 1.3257, sedangkan support pada 1.2669 dan 1.2396. Untuk USDJPY minggu lalu berakhir agak naik ke level 109.77. Pasar di minggu ini akan berada di antara resistance level pada 111.40 dan 122.59, serta support pada 106.61 serta level 105.13. Sementara itu, Aussie dollar terpantau melemah ke level 0.7087. Range minggu ini akan berada di antara resistance level di 0.7294 dan 0.7393, sementara support level di 0.6992 dan 0.6826.
Pasar Saham
Untuk pasar saham kawasan, pada minggu lalu di regional Asia berakhir mixed di tengah ketidakjelasan negosiasi perdagangan AS – China. Indeks Nikkei secara mingguan terpantau melemah ke level 20333. Rentang pasar saat ini antara level resistance di level 21330 dan 21870, sementara support pada level 18945 dan lalu 18255. Sementara itu, Indeks Hang Seng di Hong Kong minggu lalu berakhir menguat ke level 27946. Minggu ini akan berada antara level resistance di 28567 dan 28656, sementara support di 27312 dan 26826.
Bursa saham Wall Street minggu lalu terpantau menguat terbatas, turun di akhir pekan karena tensi perang dagang dan suramnya prospek ekonomi global. Indeks Dow Jones secara mingguan menguat tipis ke level 25105.72, dengan rentang pasar berikutnya antara resistance level pada 25439 dan 25975, sementara support di level 24321 dan 23699. Index S&P 500 minggu lalu menguat terbatas ke level 2707.88, dengan berikutnya range pasar antara resistance di level 2792 dan 2816, sementara support pada level 2616 dan 2570.
Pasar Emas
Untuk pasar emas, minggu lalu terpantau dalam koreksi dari level hampir 9 bulan tertingginya oleh dollar yang sepekan ini cenderung menguat, sehingga harga emas spot terkoreksi ke level $1314.22 per troy ons. Untuk sepekan ke depan emas akan berada dengan rentang harga pasar antara resistance di $1323 dan berikut $1335, serta support pada $1297 dan $1276.
Sejumlah isyu perekonomian kerap mewarnai pergerakan pasar belakangan ini. Di antaranya tentang perkembangan perang dagang AS – China, serta siklus pengetatan kebijakan moneter AS dan global selanjutnya termasuk juga Indonesia (BI). Bahkan kebijakan apa yang mungkin akan diambil telah menjadi suatu permainan spekulasi pasar yang membuat harga instrumen investasi bergejolak, dan di sisi lain menimbulkan kebingungan bagi banyak pelaku investasi awam. Apakah Anda termasuk yang ikut bingung dengan apa yang terjadi di pasar? Supaya menjadi lebih jelas disarankan simak saja terus di vibiznews.com. Kami ada demi sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting
Editor: Asido