(Vibiznews – Commodity) – Harga gula berjangka yang diperdagangkan di bursa komoditas internasional ICE yang berakhir hari Rabu (13/02) bangkit setelah 3 hari berturut anjlok di bursa New York. Sedangkan di ICE London masih melemah hingga terjun ke posisi baru terendah 5 minggu.
Kenaikan harga gula di ICE New York mendapat sentimen dari penguatan harga minyak mentah dan kenaikan real Brasil terhadap dolar. Selain itu, permintaan yang lebih kuat untuk etanol Brasil menaikkan harga gula setelah Unica melaporkan bahwa pabrik Brasil menjual 1,83 miliar liter etanol hidro di pasar domestik pada Januari, naik 32,5% y/y dan volume rekor untuk Januari.
Unica juga melaporkan pada hari Selasa bahwa produksi gula South-Center Brasil 2018/19 selama Oktober-Jan turun 26,4% pada 26,36 MMT, dengan 35,4% tebu digunakan untuk gula (turun dari 46,9% tahun lalu), dan 64,56% tebu digunakan untuk produksi etanol (naik dari 53,1% tahun lalu).
Harga gula mentah akhir perdagangan bursa New York sedang naik 0.18 atau 1.42% pada harga $12,85 per lb untuk kontrak berjangka Maret 2019. Namun untuk harga gula putih kontrak Maret yang terpantau di bursa London sekarang sedang turun 0.50 atau 0.15% pada harga $325.80.
Pasokan gula yang lebih tinggi di Thailand dan India negatif untuk harga gula setelah F.O. Licht Selasa lalu mengatakan bahwa penghancuran total tebu di Thailand, produsen gula terbesar ketiga di dunia, naik + 22% y / y selama Oktober-Jan menjadi 63,2 MMT. Demikian Asosiasi Pabrik Gula India melaporkan Senin lalu bahwa produksi gula India selama Oktober-Jan naik + 8% y / y pada 18,5 MMT.
Untuk perdagangan selanjutnya hingga sesi Amerika malam nanti, analis Vibiz Research Center memperkirakan secara teknikal harga gula di ICE New York berpotensi naik oleh pelemahan dolar AS.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Group Editor: Asido Situmorang