(Vibiznews – Commodity) – Harga minyak mentah perdagangan sesi Eropa berada di sekitar posisi tertinggi 2019 pada hari Rabu (20/02), yang mendapat dorongan dari pengurangan pasokan global oleh dampak pemotongan pasokan yang dipimpin oleh OPEC dan adanya sanksi AS terhadap Iran dan Venezuela.
Tetapi melonjaknya produksi AS dan ekspektasi perlambatan ekonomi yang dilaporkan oleh EIA tampaknya akan membatasi harga, demikian juga usaha reboundnya dolar AS menahan laju harga minyak mentah ke titik rekor berikutnya.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS kini berada di posisi 56.18 atau naik 0,23 persen dari perdagangan sebelumnya, namun pada sesi Asia sempat mencapai rekor tertinggi 2019 di $56,78 per barel. Namun beda dengan harga minyak mentah berjangka internasional Brent sedang turun 5 sen atau 0,08 persen ke posisi $ 66,30 per barel yang tidak jauh dari posisi tinggi 2019 mereka di $66,83 per barel pada hari Senin.
Anggota OPEC dan pengekspor minyak mentah utama Arab Saudi diperkirakan akan kembali mengurangi pengiriman minyak mentah ringan ke Asia pada bulan Maret sebagai bagian dari upaya untuk memperketat pasar.
Selain itu OPEC serta beberapa produsen non-afiliasi seperti Rusia sepakat akhir tahun lalu untuk memangkas produksi sebesar 1,2 juta barel per hari (bpd) untuk mencegah pembengkakan pasokan besar. Pasar juga berasumsi Arab Saudi akan memproduksi dalam tiga kuartal pertama 2019 kurang dari target 10,31 juta barel per hari yang disepakati pada OPEC 7 Desember.
Terkait sanksi AS terhadap eksportir minyak Iran dan Venezuela, ekspor minyak mentah Iran lebih tinggi dari yang diharapkan pada Januari, rata-rata sekitar 1,25 juta barel per hari, menurut data Refinitiv. Banyak analis memperkirakan ekspor minyak Iran turun di bawah 1 juta barel per hari setelah pengenaan sanksi AS November lalu.
Untuk penahan rally harga minyak mentah adalah produksi minyak mentah AS, yang melonjak lebih dari 2 juta barel per hari pada tahun 2018 ke rekor 11,9 juta barel per hari, berkat booming produksi minyak serpih menurut Administrasi Informasi Energi AS pada hari Selasa diperkirakan akan terus meningkat.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Group Editor: Asido Situmorang