(Vibiznews – Commodity) – Harga kakao berjangka yang diperdagangkan di bursa ICE New York dan berakhir pada hari Rabu (27/02) bangkit dari posisi terendah dalam sepekan oleh aksi bargain hunting pasar akibat pelemahan dolar AS. Namun harga kakao di bursa ICE London terjun ke posisi baru terendah 2 pekan yang sudah lemah sebelumnya.
Lonjakan kurs poundsterling dalam pair GBPUSD ke level tertinggi 5 bulan melemahkan harga kakao berjangka London yang berdenominasi dalam pound. Namun kenaikan harga kakao di ICE New York terbatas oleh sentimen pelemahan perdagangan sebelumnya yaitu terkait penumpukan pasokan global dari output di Afrika Barat.
Tanda-tanda kuatnya produksi kakao di Afrika Barat mendapat laporan dari Pantai Gading, produsen kakao terbesar di dunia, yang menunjukkan bahwa petani Pantai Gading mengirim 1,478 MMT kakao ke pelabuhan selama 1 Oktober-24 Februari, naik 8,3% dari waktu yang sama tahun lalu.
Demikian juga laporan data 11 Februari dari Ghana, produsen kakao terbesar kedua di dunia, menunjukkan pembelian kakao dari petani kakao Ghana naik 15,4% y/y menjadi 644.318 MT selama tujuh belas minggu pertama panen sejak 5 Oktober – 31 Januari.
Harga kakao berjangka untuk kontrak paling ramai yaitu bulan Maret di ICE New York naik 20 atau 0,89 persen pada posisi $2247 per ton. Untuk harga kakao berjangka kontrak bulan Maret di bursa London turun 2 atau 0,12% berada pada posisi 1734 pound per ton.
Tekanan harga kakao juga dari laporan Pusat Prediksi Iklim AS menunjukkan curah hujan di atas rata-rata di Afrika Barat dari 17-23 Februari, yang seharusnya meningkatkan tingkat kelembaban tanah dan hasil panen kakao di Pantai Gading dan Ghana, produsen kakao terbesar di dunia. Faktor bearish lainnya adalah laporan ICE akan stok kakao yang disimpan di gudang naik ke level tertinggi 3-3/4 bulan di 3,87 juta kantong pada 15 Februari.
Untuk perdagangan selanjutnya harga kakao berjangka yang diperdagangkan di bursa London akhir sesi pada esok hari diperkirakan naik oleh proyeksi turunnya kurs poundsterling di pasar forex global.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Group Editor: Asido Situmorang