(Vibiznews – Commodity) – Harga gula mentah berjangka yang diperdagangkan di bursa komoditas internasional ICE New York yang berakhir hari Rabu (06/03) bangkit dari posisi terendah 2 pekan oleh aksi bargain hunting. Demikian juga harga gula putih di bursa ICE London rebound dari posisi terendah 3 pekan.
Penguatan harga minyak mentah yang membuat penutupan gula berjangka positf karena harga minyak mentah yang lebih kuat menguntungkan harga etanol dan dapat mendorong pabrik gula Brasil mengalihkan lebih banyak tebu ke arah produksi etanol daripada produksi gula, sehingga membatasi pasokan gula.
Selain itu juga dapat kekuatan dari laporan ISO pada hari Senin memangkas estimasi surplus gula global 2018/19 menjadi +641.000 MT dari perkiraan sebelumnya +2,17 MMT pada output yang lebih rendah di Brasil dan Uni Eropa.
Sebelumnya harga gula anjlok ke posisi terendah 2 minggu karena kekuatan dolar dan perkiraan untuk hujan yang cukup di wilayah South-Center Brasil, yang seharusnya menguntungkan panen tebu Brasil.
Harga gula mentah kontrak bulan Mei akhir perdagangan bursa New York ditutup naik 0,08 atau 0,65% pada harga $12,44 per lb. Namun untuk harga gula putih kontrak bulan Mei yang terpantau di bursa London ditutup naik 1,60 atau 0,47% pada harga $342.90.
Sentimen negatif pada perdagangan gula berjangka masih ada dari pemberitaan pekan lalu dimana pemerintah India Kamis lalu mengatakan pihaknya berencana untuk mensubsidi $ 1,5 miliar pinjaman kepada pabrik-pabrik gula dan pemurnian India, yang akan membantu meningkatkan produksi gula India dan pasokan gula global.
Untuk perdagangan selanjutnya hingga sesi Amerika malam nanti, analis Vibiz Research Center memperkirakan secara teknikal harga gula di ICE New York berpotensi naik oleh aksi bargain hunting pasar dan lebih kuat lagi jika dolar AS melemah.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Group Editor: Asido Situmorang