(Vibiznews – Commodity) – Harga minyak mentah pada perdagangan komoditas akhir sesi Asia hari Rabu (13/03) masih menunjukkan posisi harga yang kuat menuju posisi tinggi perdagangan sebelumnya yang dipicu oleh dolar yang lemah. Beberapa hari terakhir pasar menerima sentimen positif dari penurunan produksi global yang dipimpin oleh OPEC.
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS berada di $57,25 per barel yang naik 39 sen atau 0,7 persen dari penyelesaian terakhir mereka.Demikian juga harga minyak mentah berjangka Brent atau patokan minyak internasional naik 32 sen atau 0,5 persen menjadi $66,93 per barel.
Harga minyak telah terdongkrak tahun ini oleh pengurangan pasokan yang dipimpin oleh kelompok produsen OPEC yang didominasi Timur Tengah. Kemudian pasar minyak mentah semakin diperketat dengan penerapan sanksi AS terhadap ekspor minyak dari anggota OPEC Iran dan Venezuela.
Berita terkini di Venezuela, pemadaman listrik terburuk yang tercatat telah menyebabkan sebagian besar negara Amerika Selatan itu tidak memiliki listrik selama enam hari, membuat rumah sakit-rumah sakit berjuang untuk menjaga peralatan tetap berjalan, makanan membusuk dalam panas tropis dan ekspor dari terminal minyak utama negara itu terdampar.
Meskipun demikian, tidak semua indikator menunjukkan pasar yang semakin ketat. National Australia Bank (NAB) hari ini mengatakan prospek pasar minyak beragam, dengan risiko harga turun berasal dari kekhawatiran pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan pasokan minyak yang kuat dari Amerika Serikat. NAB juga memperkirakan harga minyak Brent mencapai $70 per barel pada akhir tahun ini.
Untuk pergerakan harga minyak mentah WTI selanjutnya secara teknikal, analyst Vibiz Research melihat pergerakan harga minyak akan berada pada posisi resisten di 57.60 – 58.10. Namun jika terjadi pergerakan negatif akan turun menuju posisi resisten lemahnya di 56.90 – 56.30.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Group Editor: Asido Situmorang