(Vibiznews – Property) – Direktur Utama Bank BTN Maryono menyatakan bahwa jumlah developer yang ada di Indonesia masih belum cukup dengan adanya backlog perumahan yang mencapai 11,4 juta unit. Idealnya, menurutnya, dibutuhkan setidaknya 2.000 developer per tahun dengan asumsi per pengembang dapat membangun kurang lebih 400 unit rumah.
Untuk itu, “Bank BTN berkomitmen tidak sekadar menambah jumlah pengembang properti lewat beragam produk pelatihan maupun pendampingan tapi juga meningkatkan kualitas pengembang perumahan khususnya di level pemula,” demikian disampaikan Maryono dalam acara penandatanganan MOU Pengembangan SDM dan Riset di bidang Perumahan dengan Katsgama (Keluarga Alumni Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada) dan Fakultas Teknik UGM di Jakarta, Rabu, 20 Maret 2019.
Demi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang bergerak di bidang properti, Bank BTN menggandeng pihak UGM ini bersama dengan Kementerian PUPR menginisiasi sekolah properti bagi pengembang perumahan atau School of Property Developer (SPD).
Diharapkan dengan adanya pendidikan ini, para pengembang perumahan MBR dapat terakreditasi dan tersertifikasi dari Kementerian PUPR yang sekaligus menjadi standar baru bagi pengembang yang akan membangun proyek perumahan subsidi.
“Hal ini perlu dilakukan untuk meningkatkan standar mutu (kualitas) rumah yang dibangun oleh pengembang, sehingga tidak ada lagi perbedaan kualitas rumah yang dibangun pengembang dengan yang disyaratkan oleh pemerintah,” ujar Dirut Bank BTN yang disampaikan kepada media (20/3).
Ditambahkannya lagi: “Para developer harus memiliki kompetensi yang cukup dengan cara mengikuti program sertifikasi. Kementerian PUPR akan menerbitkan sertifikasi khusus developer di bidang perumahan.”
Untuk memperlancar program sertifikasi, SPD yang melibatkan akademisi dan para ahli bidang properti dari Fakultas Teknik UGM dan Katsgama ini akan memberikan pelatihan dan literasi terkait bisnis properti. Adapun materi pelatihan dan pendidikan yang akan diajarkan mengacu pada 4 pilar di bidang properti yaitu perizinan/legalitas, pertanahan/lahan, pembiayaan/permodalan, dan keahlian properti.
Selain itu, Bank BTN sebelum ini telah membangun HFC (Housing Finance Center) BTN yang menyelenggarakan program pendidikan bagi pemgembang pemula bekerja sama School of Business and Management ITB (SBM ITB) dengan nama Mini MBA in Property yang saat ini sudah berjalan sebanyak 13 batch dan mencetak lebih dari 1.000 calon pengembang.
Dijelaskan dalam rilis media, bahwa HFC BTN ini, selain menyediakan pembelajaran dan pendampingan, juga secara rutin membuat kajian mengenai pasokan dan permintaan perumahan, kajian potensi wilayah, indeks harga perumahan atau House Price Index, kajian agen properti serta potensi KPR Non Subsidi.
Bank BTN juga berperan dalam membantu masyarakat berpenghasilan rendah informal dalam membangun rumah secara swadaya melalui skema Kolaborasi ABCG (Academy, Business, Community, and Government). Pelaksanaan Kolaborasi ABCG ini di antaranya telah membantu MBR Informal di Kabupaten Kendal dalam membangun rumah. Pada tahun 2019 ini program serupa akan diimplementasikan di 16 Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia dengan total rumah sebanyak 300 unit.
Analis Vibiz Research Center melihat Bank BTN sebagai bank utama di industri properti negeri ini memang diharapkan masyarakat untuk mengambil sejumlah langkah inisiasi proaktif dan strategis dalam pengembangan industri kompetensinya ini. Termasuk tentunya pengembangan SDM para pelaku bisnis properti, di antaranya segmen MBR yang punya tipikal kurang pendanaan dan terbatas pengetahuan, sementara tingkat permintaan real-nya sangat besar.
Dalam hal ini inisiatif Bank BTN untuk membangun sekolah properti yang dibidani para pelaku dan akademisi properti pantas diapresiasi. Secara perhitungan bisnis, pada akhirnya para SDM properti ini akan mencari pendanaan perbankan lewat BTN juga. Malah, dengan program ini, BTN sudah maju beberapa langkah lebih awal untuk mengidentifikasi potensi bisnis dan risiko dari para pengusaha properti yang menjadi binaannya dari sejak awal.
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting
Editor: Asido