(Vibiznews-Commodity) – Harga minyak mentah yang diperdagangkan akhir sesi Asia hari Rabu (24/04) retreat dari puncak tinggi 5-3/4 bulan di tengah tanda-tanda bahwa pasar global tetap dipasok secara memadai meskipun melonjak ke tertinggi 2019 minggu ini pada tekanan Washington untuk sanksi yang lebih ketat terhadap Iran.
Harga minyak mentah berjangka Brent berada di $74,13 per barel yang turun 38 sen atau 0,5 persen dari penutupan perdagangan sebelumnya. Demikian juga harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 37 sen atau 0,6 persen pada posisi $65,93 per barel.
Meskipun pasar spot ketat, pasar minyak global tetap cukup dipasok berkat kapasitas cadangan yang cukup dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang didominasi Timur Tengah, Rusia dan juga Amerika Serikat. Badan Energi Internasional (IEA), pengawas untuk negara-negara konsumen minyak, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa bahwa pasar cukup dipasok dan bahwa kapasitas produksi cadangan global tetap pada tingkat yang nyaman.
Sumber terbesar pasokan minyak baru berasal dari Amerika Serikat, di mana produksi minyak mentah telah meningkat lebih dari 2 juta barel per hari (bph) sejak awal 2018 ke rekor lebih dari 12 juta bph awal tahun ini, menjadikan Amerika sebagai produsen minyak terbesar dunia di depan Rusia dan Arab Saudi.
Kemudian American Petroleum Institute melaporkan persediaan minyak mentah AS naik 6,9 juta barel dalam sepekan hingga 19 April menjadi 459,6 juta.
Untuk perdagangan selanjutnya, analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga minyak WTI selanjutnya akan menemui posisi support di 65.39 – 64.80. Namun jika terjadi pergerakan positif kembali akan mendaki ke posisi resisten 66.53 – 67.00.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Editor: Asido Situmorang