(Vibiznews – Commodity) – Harga kakao berjangka yang diperdagangkan di bursa ICE New York dan berakhir pada hari Kamis (09/05) bangkit dari posisi terendah 1 minggu. Demikian juga harga kakao di bursa ICE London anjlok parah ke posisi terendah dalam 1-1/2 minggu.
Harga kakao di New York ditutup sedikit lebih tinggi karena mengkonsolidasikan kerugian baru-baru ini. Namun secara fundamental faktor bearish masih menekan, seperti laporan stok gudang yang dipantau ICE naik ke level tertinggi 8-1/4 bulan pada hari Selasa dari 4,497 juta kantong. Kemudian juga produksi kakao yang kuat setelah pemerintah Pantai Gading pada hari Senin melaporkan bahwa petani kakao Pantai Gading mengirim 1,87 MMT kakao ke pelabuhan selama 1 Oktober – 5 Mei, naik 16,1% dari waktu yang sama tahun lalu.
Dewan Kakao Ghana juga menunjukkan bahwa produksi kakao di Ghana kuat karena pembelian kakao dari petani Ghana selama 29 minggu pertama panen (5 Oktober hingga 25 April) naik 4,3% y/y hingga 717.605 MT. Selain itu, data dari Pusat Prediksi Iklim AS menunjukkan sebagian besar curah hujan normal di Pantai Gading selama 28 April-4 Mei.
Harga kakao memiliki dukungan kuat dari permintaan global yang besar dengan laporan yang dirilis pada bulan April yang menunjukkan bahwa konsumsi kakao pada Q1 naik sebesar 2,0% y/y menjadi 121,129 MT di Amerika Utara, sebesar 3,3% y/y menjadi 370,359 MT di Eropa, dan di Asia 9,5% y/y ke 208.388 MT.
Harga kakao berjangka untuk kontrak paling ramai yaitu bulan Juli di ICE New York ditutup naik 4 poin atau 0,17 persen pada posisi $2305 per ton. Untuk harga kakao berjangka kontrak bulan Juli bursa London ditutup turun 17 poin atau 0,98% ke posisi $1719 per ton.
Untuk perdagangan selanjutnya hingga sesi Amerika malam nanti, analis Vibiz Research Center memperkirakan harga kakao berpotensi turun kembali oleh laporan pasokan di Afrika Barat.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Editor: Asido Situmorang
